Mohon tunggu...
Muhammad Fatihkent Ilham
Muhammad Fatihkent Ilham Mohon Tunggu... Lainnya - ITB Ahmad Dahlan Jakarta

Instagram @fatihken_22

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Opu Daeng Risadju Pahlwan yang Terlupakan

14 Januari 2021   18:56 Diperbarui: 14 Januari 2021   19:02 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
curhatanaksekarang.com

Opu Daeng Risadju lahir di palopo pada tahun 1880, Sulawesi Selatan. Nama asli Opu Daeng Risadju yaitu Famajjah. Famajjah merupakan anak dari pasangan Muhammad Abdullah dan ibunya Opu Daeng Mawellu yang merupakan keturunan bangsawan Luwu. Nama Opu Daeng Risadju sendiri merupakan simbol kerajaan Luwu.

Opu Daeng Risadju sendiri mulai dari kecil dibiasakan untuk belajar ilmu agam dan juga budaya. Opu Daeng Risadju sendiri tidak mengenyam pendidikan formal dia hanya belajar mengaji Al-qur'an saja, selain itu dia juga mempelajari fiqih dari salah satu buku populer yang ditulis oleh khatib Sulaweman Datung Patimang salah satu tokoh penyebar agama islam di Sulawesi Selatan.

Tahun 1905 Opu Daeng Risadju harus pindah ke kota pare-pare bersama dengan keluarganya akibat dari Belanda yang sudah menguasai daerah Kerjaan Luwu.

Pada saat di Pare-pare beliau sendiri aktif sebagai anggota Partai Serikat Islam Indonesia (PSII). Opu Daeng Risadju berkenalan dengan salah seorang tokoh Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) yang bernama H. Muhammad Yahya. Dari perkenalan tersebut membuat Risajdu melek terhadap pergerakan politik nasional.

Sekembalinya pulang dari Pare-Pare ke Palopo Sendiri dia langsung mendirikan PSII cabang palopo dengan giat dia mempropagandakan cita-cita PSII dia daerah palopo, teruma di kalangan keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Dalam perjuangannya Opu Daeng Risadju sendiri melakukan perjuangannya dengan agama sebagai landasannya. Opu Daeng Risadju malanjutkan perjuangannya dengan memperluas dahkwah perjuangannya sehingga membuat kekhawatiran pemerintah Belanda.

Kegiatan yang dilakukan oleh Opu Daeng sendiri dinilai sebagai kekuatan politik yang membahayakan Belanda, pada akhirnya pihak Belanda meminta Opu Daeng untuk menghentikan kegiatan PSII.

Pada akhirnya Opu Daeng dipenjara selama 14 bulan pada tahun 1934. Pada tahun tersebut Opu Daeng tercatat sebagai wanita pertama yang di penjarakan oleh Pemerintah Belanda dengan alasan politik. Dan Opu Daeng sendiri mulai aktif kembali pada masa Revolusi.

Terbebas dari penjara Opu Daeng selalu hidup berpindah-pindah tempat dari desa satu ke desa yang lain. Cara itu dia lakukan untuk menanamkan agama dan semangat juang melawan pejajah dan dia mendirikan banyak cabang PSII di Sulawesi Selatan seperti Tanete Riattang, Pare-pare, Makasar, Palopo, dan Bulukumba.

Pada saat Jepang menyerah kepada sekutu Opu Daeng Sendiri sudah tinggal menetap di Belopa. Pada akhirnya Belanda mencoba kembali menjajah Indonesia dengan nama Nederlandsch Indie Civil Administratie (NICA). Dan Opu Daeng yang menjadi sasaran penangkapan NICA pada saat usianya sudah memasuki kepala enam.

Penangkapan tersebut membuat Risadju dipaksa berjalan kaki ke Watapone dengan jarak 40 kilometer dengan usianya yang tidak lagi muda ia harus dipaksa oleh pemerintah belanda berjalan kaki. Setelah itu ia harus di penjara dan berpindah pindah penjara mulai dari penjara di Wajo sampai dipenjara di Bajo.

Dari hukuman tersebut membuat dirinya mengalami tuli. Lalu dia dibebaskan setalah mengalami kehilangan pendengarannya akibat dapat siksaan dari pemerintah Belanda. Opu Daeng harus mengalami tuli hingga akhir hayatnya. Pada tahun 10 Februari 1964 beliau meninggal dunia di Palopo dan Beliau di makamkan  di pekuburan raja-raja Lokkoe di Palopo.

Opu Daeng  Risadju diberi Gelar Pahlawan Perempuan. Dan namanya saat ini dijadikan nama jalan di Kota Palopo, Sulawesi Selatan.

Opu Daeng Risadju adalah sosok perempuan yang sangat gigih dalam memperjuangkan Indonesia melawan penjajah dengan landasan agama yang kuat yang menjadikan motivasi untuknya dan juga salah seorang toko perempuan Muhammadiyah.

Nama beliau Kurang terdengar dikalangan masyarat namun sejarah dan perjuangan beliau tercatat dalam media, dia adalah sosok perempuan yang paling menentang pemerintah belanda.

Ada satu kalimat yang terkenal dari beliau "Kalau hanya ada darah bangsawan mengalir dalam tubuhkuh sehingga aku harus meninggalkan partaiku dan berhenti melakukan gerakanku irislah dadaku dan keluarkanlah darah bangsawan itu dari tubuhku supaya datu dan hadat tidak terhina

kalau saya diperlakukan tidak pantas." Kata-kata ini menjukan bahwa seorang bangsawan sekalipun bisa melakukan ini bukan hanya duduk dan menikmati semuanya tapi berjuang mempertaruhkan nyawanya, sampai ia harus disiksa oleh pemerintah Belanda dan pada akhir hayatnya ia harus kehilangan pendengarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun