Mohon tunggu...
Fathur Fdj
Fathur Fdj Mohon Tunggu... Pewarta Lokal -

Pewarta Lokal

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Manisnya Jeruk Mahang Hanya Ada di HST

31 Juli 2016   14:07 Diperbarui: 31 Juli 2016   14:15 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Limau atau Jeruk Mahang adalah produk lokal unggulan Kabupaten Hulu Sungai Tengah berasal dari beberapa desa di Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Propinsi Kalimantan Selatan  yang terkenal dengan rasanya yang manis khas, bentuknya bulat dan ukurannya agak besar dari jeruk biasa.

Pemilik Kebun Limau Fahrurazi  menuturkan bahwa mahang disamping dengan kuliner Pakasam sejak dulu juga dikenal dengan sentra kebun jeruk atau limau, ratusan bahkan ribuan hektar sawah dan kebun warga senantiasa ditanami jeruk digalangan sawah mereka.

Limau Mahang ditanam, kata dia di atas  galangan yang ada di sawah atau di kebun yang berukuran lebar antara dua hingga tiga meter, fungsi galangan juga digunakan untuk membatasi satu sawah dengan sawah lainnya, untuk jalan kecil atau pun untuk ditanami beragam tumbuhan produktif lainnya.

Kebun Limau Mahang, kata dia tersebar di beberapa kampung dan desa di Kecamatan Pandawan yang rata-rata memiliki nama depan Mahang, antara lain Mahang Putat, Desa Mahang Karang Jawa, Mahang Sungai Hanyar, Mahang Tungkaran, Mahang Matang Landung dan Mahang Paku.

Perawatan Limau Mahang, kata dia selama ini dilakukan secara tradisional petani kadang cukup membersihkan galangan dari rumput, memberikan pupuk penyubur dan perangsang akar dan daun serta di musim keramau sekali-kali ditanam garam disekitar pohonnya yang bertujuan untuk membasahi akar agar tetap menyerap air dan bertahan hidup.

Limau Mahang berbuah, kata dia saat musim mulai kemarau misalnya sekitar bulan juni hingga Agustus atau sekali dalam setahun, berbunganya limau terjadi disaat terjadinya hujan sewaktu-waktu di musim kemarau dan apabila berbuah biasanya sangat lebat hingga dahannya perlu disangga dengan potongan-potongan bambu agar buah tidak jatuh dan membusuk.

"Tapi entah kenapa tiga tahun terakhir ini  limau mahang secara umum tidak berbuah, mungkin karena musim yang tidak menentu dan  juga disebabkan penyemprotan rumput dengan herbisida atau pembasmi rumput dan gulma di daerah persawahan dan galangan yang menyebabkan kematian pada limau,"katanya.

Penyemprotan gulma dengan herbisida, kata dia ternyata sangat berbahaya bagi tanaman limau mahang apalagi penyemprotan dengan herbisida permanen dalam artian mematikan rumput hingga ke akarnya  juga berakibat racun tersebut ikut diserap akar limau sehingga limau dalam jangka pendek tidak berbuah lagi dan jangka panjangnya ikut mati.

Pemeliharaan Limau Mahang, memang sangat tradisional dan alami, penyiangan secara manual dengan membersihkan rumput di sekitar tanaman limau dipandang lebih baik juga dengan  tidak menggunakan zat kimia pembasmi rumput dan serangga terbukti mampu membuat limau bertahan dan terus berproduksi.

Hasil Panen Limau, kata razi biasanya dijual dengan harga berkisar antara Rp. 10.000,- hingga Rp. 12.000,- per kilo dan untuk hasil pemetikan dalam satu kali panen menghasilkan penjualan jutaan rupiah, warga bisa menjual sendiri limaunya ke pasar Barabai atau dijual kepada para pengumpul yang langsung datang ke tempat warga.

Penjual Buah Hairannor  menuturkan memang sudah tiga tahunan limau mahang seolah lenyap dari pasaran, jeruk atau limau yan yang dijual dipasaran sekarang banyak hasil pasokan dari luar daerah Kabupaten bahkan dari Sulawesi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun