Pengantar
Kosmetika merupakan salah satu kebutuhan manusia yang tidak mengenal lapisan atau pendapatan masyarakat. Produk kosmetika bahkan mulai termasuk ke dalam kebutuhan primer bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman, kemunculan berbagai jenis kosmetika yang semakin praktis ataupun mudah untuk digunakan kian marak dan meningkatkan minat masyarakat. Kosmetika yang memiliki fungsi sebagai anti jerawat, pencerah kulit, tabir surya, Chemical Peeling, dan/atau pewarna rambut fungsi kosmetika mencakup tindakan membersihkan, memberikan aroma harum, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki aroma tubuh, serta melindungi atau merawat tubuh agar tetap dalam kondisi yang baik. Namun penggunaan berulang dan berbagai faktor lainya dapat menyebabkan kosmetik tersebut tercemar oleh mikroba. Artikel ini akan membahas terkait cemaran mikroba pada kosmetik hingga cara untuk mengatasinya.Â
Penyebab kosmetik dapat terkontaminasi
Kosmetik dapat terkontaminasi dengan mudah setelah kemasannya dibuka dan digunakan. Kosmetik akan secara terus menerus terpapar mikroba kontaminan seperti bakteri dan jamur yang berasal dari udara ataupun dari kontak secara langsung dengan bagian tubuh. Adanya kontaminasi jamur pada kosmetik juga dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kosmetik telah melewati tanggal kadaluarsa, kosmetik tidak disimpan dengan benar, atau aplikator yang digunakan untuk kosmetik tersebut tidak dibersihkan secara teratur dan menyeluruh.Selain itu, kosmetik juga dapat terkontaminasi dari bahan baku yang tidak steril dan dalam proses produksi yang kurang higienis.
Bahayanya menggunakan kosmetik yang terkontaminasi mikroba
Dampak pada kulit
1. Infeksi Kulit
Bakteri seperti Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan jerawat, bisul, hingga infeksi serius seperti folikulitis. Jamur seperti Candida albicans memicu ruam, gatal, dan dermatitis.
2.Iritasi dan Alergi
Toksin yang dihasilkan mikroba (misalnya endotoksin dari bakteri) dapat menyebabkan iritasi, kemerahan, atau reaksi alergi.
3. Risiko Sistemik