Tulisan ini dibuat berdasarkan riset pribadi penulis terhadap fenomena yang masih dianggap tabu dan melanggar norma-norma yang ada di indonesia. Riset yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang akan penulis anonimkan, mereka menganggap dirinya penyuka sesama jenis. Riset ini dilakukan melalui beberapa aplikasi kencan. Disclaimer bahwa ini merupakan pendapat dari beberapa orang dan hipotesis dari penulis sehingga tidak dapat digunakan untuk menyamaratakan pengalaman atau keadaan setiap orang.
Tujuan riset ini adalah untuk mengobati rasa penasaran penulis terhadap pemikiran manusia yang bervariasi serta mendalami alasan mengapa orang-orang merasa dirinya bagian dari kelompok tersebut.
Sumber pertama kita sebut saja sebagai A. A ini memiliki keluarga yang lengkap namun kurang beruntung secara ekonomi. Seringkali orang tuanya bertengkar di rumah sehingga menyebabkan A kurang merasa aman dan nyaman. Walaupun memiliki keluarga yang lengkap, namun A merasa kurang mendapatkan kasih sayang, A merasa orang tuanya sibuk bekerja ditambah dengan pertengkaran yang sering terjadi diantara kedua orangtuanya membuat A merasa kurang mendapat afeksi. Pada akhirnya A bermuara pada dunia yang kita sebut "menyimpang" karena ia merasa lebih diterima dan mendapatkan kenyamanan disana.
Kemudian sumber kedua kita sebut B. Ia merupakan pekerja di sebuah kota. Ia seringkali melihat tingkah atasannya yang "nakal". Walaupun sudah berkeluarga, atasannya ini tidak ragu untuk "membungkus" rekan kerjanya untuk diajak "bersenang-senang". Parahnya, tidak hanya perempuan namun juga laki laki menjadi sasaran dari atasannya. Hal tersebut membuat B berpikir untuk melakukan hal yang ia anggap "nakal" selagi masih muda agar nantinya ketika sudah berkeluarga B tidak melakukan yang sama seperti atasannya lakukan, sehingga terjunlah B ke dunia yang kita anggap "menyimpang".
Sumber ketiga kita panggil dengan C. Dia seorang anak yang baru lulus SMA dan sudah bekerja sebagai pelatih ekskul dance di sebuah sekolah, C kerap kali menjadi korban kekerasan fisik yang dilakukan oleh ayahnya. menurut pengakuannya, sang ayah melakukan hal tersebut bukan karena C ini melakukan perbuatan yang salah, namun ayahnya melakukan hal tersebut hanya untuk melampiaskan emosinya. Ibunya tak acuh dengan perbuatan ayahnya dan kerap kali membela sang ayah dengan dalih karena C melakukan kesalahan makanya ayah marah. C selalu berpikiran kenapa dia tidak mendapatkan kasih sayang, dia hanya menginginkan kasih sayang sehingga terjunlah C ke dunia "menyimpang". Disana ia merasa nyaman karena bertemu dengan orang lain yang ia anggap membutuhkan hal yang sama dan dapat memberikan apa yang ia butuhkan, alhasil dia mendapat afeksi yang selama ini ia inginkan.
Sumber keempat kita sebut sebagai D. D yang awalnya "normal" merupakan korban pelecehan yang dilakukan oleh aparat salah satu institusi, cerita bermula ketika D mencari pasangan di salah satu aplikasi kencan, singkat cerita cocoklah dia dengan perempuan yang ia temui di aplikasi tersebut, hampir setiap saat D bertukar pesan dengan perempuan tersebut, curhat, menceritakan hari harinya, begitu juga dengan si perempuan. Karena sudah saling akrab, akhirnya mereka sepakat untuk bertemu, janjian di suatu tempat, rencananya perempuan ini menggunakan mobil dan menjemput D yang saat itu masih duduk di bangku SMP. Namun tidak sesuai yang dibayangkan, saat bertemu, orang yang diduga D sebagai perempuan ternyata laki laki, dengan spontan marahlah C dan memaki-maki orang tersebut, namun karena masih polos, D menuruti bujukan orang tersebut untuk masuk dulu ke mobil dan mencari tempat lain untuk mengobrol. Orang tersebut sengaja mengarahkan mobil ke arah rumahnya dan beralasan tidak menemukan tempat, sesampainya dirumahnya, masuklah mereka kekamar dan berujung pada mengonsumsi minuman beralkohol. Dengan sengaja orang tersebut memberikan D minuman terus menerus hinga pada akhirnya D mabuk dan tidak bisa melakukan apa-apa. Saat itulah aksinya dilakukan dan setelah selesai orang ini mengantar D sampai tengah jalan dengan alasan ada urusan yang harus diselesaikan. Awalnya D trauma atas kejadian tersebut namun tidak bisa terbuka ke orang terdekatnya karena merasa malu. Setelah sekian lama menurutnya rasa penasaran dan mungkin masalah psikologi yang akhirnya membawa D ke dunia "menyimpang".
Masih ada sumber lain yang tidak penulis tuliskan karena cerita mereka serupa dengan keempat cerita diatas, namun dari cerita-cerita yang ada, penulis merumuskan sebuah hipotesis bahwa orang-orang yang ada atau terjun ke dunia yang kita anggap menyimpang memiliki alasannya sendiri, tentu saja beda orang memiliki cerita dan alasan berbeda seperti yang sudah penulis tuliskan diatas.
Penulis tidak bisa menyalahkan pilihan mereka karena penulis belum pernah merasakan apa yang mereka rasakan. Pasti ada beberapa orang yang menyayangkan dan menentang perilaku penyimpangan tersebut, namun penulis tekankan yang perlu dimusuhi adalah perilaku penyimpangannya dan bukan orangnya, semakin kita jauhi mereka, semakin jauh juga mereka tersesat.
Pada dasarnya manusia memerlukan "tempat" yang mereka anggap aman dan nyaman, setiap manusia tidak terkecuali secara naluri tentu membutuhkan itu sehingga mereka mencari tempat yang menurut mereka dapat memenuhi dua aspek tersebut, selain itu ada dari mereka juga yang hanya membutuhkan kasih sayang, seringkali laki-laki di bayang-bayangi oleh frasa masculinity sehingga mereka yang tidak mendapat afeksi dari orang terdekatnya malu untuk meminta kasih sayang itu dari lingkungan sekitarnya dan berujung pada lingkaran toxic masculinity. Kemudian karena bingung, hilang arah dan tidak adanya bimbingan dari orang terdekat pada akhirnya mereka berlabuh ditempat yang salah, mereka merasa disanalah tempat mereka seharusnya berada namun kenyataannya mereka terlalu cepat mengambil kesimpulan, karena ada bahaya yang mengintai mereka dibalik kenyamanan yang mereka dapatkan.
Tidak sedikit orang orang di dunia "menyimpang" yang hanya mencari kesenangan dan kenikmatan semata, mereka hanya melihat orang lain sebagai objek. Alasan mereka hanya memuaskan nafsu sehingga orang-orang yang polos dan hilang arah menjadi sasaran empuk bagi mereka.