Mohon tunggu...
Faruq Abdul Quddus
Faruq Abdul Quddus Mohon Tunggu... Penulis - Direktur Fata Institute

Seorang Content Writer, Praktisi Dakwah Digital, Penggiat Studi Islam, Filsafat dan Bahasa. Suka Nulis, Ngoleksi Buku dan Traveling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hikmah Perdebatan Filsafat: Tahafut al-Ghazali vs Tahafut Ibnu Rusyd

10 Juni 2023   10:32 Diperbarui: 10 Juni 2023   10:42 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perdebatan antara Ibnu Rusyd dan Al-Ghazali dalam karya-karya mereka, "Tahafut at Tahafut" dan "Tahafut al-Falasifah," telah memainkan peran penting dalam sejarah pemikiran Islam. Ibnu Rusyd memberikan kritik yang tajam terhadap metode, konsep pengetahuan, dan pandangan teologis Al-Ghazali. Meskipun pandangan dan argumen keduanya terus diperdebatkan hingga saat ini, perdebatan ini menunjukkan pentingnya keragaman pemikiran dan pencarian kebenaran dalam tradisi intelektual Islam.

Hal ini juga menunjukkan pentingnya dialog intelektual yang terbuka dan toleransi terhadap perbedaan pendapat. Meskipun keduanya memiliki pandangan yang berbeda, mereka saling menghormati dan terlibat dalam perdebatan yang memperkaya pemikiran mereka.

Perdebatan ini juga menggarisbawahi pentingnya perpaduan antara filsafat dan teologi dalam pemahaman agama dan realitas. Ibnu Rusyd dan Al-Ghazali masing-masing menekankan pentingnya akal budi dan wahyu dalam mencari kebenaran. Ini menunjukkan bahwa pemikiran rasional dan spiritualitas dapat bersatu dalam mencapai pemahaman yang lebih mendalam.

Hikmah Perdebatan ini juga menyoroti pentingnya pemikiran kritis dan rasionalitas dalam mencapai pemahaman yang benar. Ibnu Rusyd menekankan penggunaan logika dan pemikiran kritis, sementara Al-Ghazali lebih mengandalkan argumen-argumen otoritas. Ini menunjukkan bahwa dalam perdebatan intelektual, argumen yang didasarkan pada pemikiran yang kuat dan rasional memiliki bobot yang lebih besar.

Pada akhirnya kesimpulan kasus ini mengingatkan kita akan pentingnya dialog terbuka dan toleransi terhadap perbedaan pendapat dalam upaya mencapai pemahaman yang lebih baik. Pemikiran rasional, kritikal, dan ilmiah juga harus dihargai sebagai alat yang penting dalam mencari pengetahuan dan memahami realitas. Perdebatan ini menjadi contoh penting dalam sejarah pemikiran Islam yang dapat menjadi inspirasi bagi kita dalam menjalankan perdebatan dan dialog intelektual yang konstruktif dan berdampak positif.

Refrensi :


Ibnu Rusyd. "Tahafut." Terjemahan Bahasa Inggris oleh Richard C. McCarthy: "The Incoherence of the Incoherence." Provo, Utah: Brigham Young University Press, 2000.

Ibn Rushd's Metaphysics: A Translation with Introduction of Ibn Rushd's Commentary on Aristotle's Metaphysics, Book Lam" oleh Charles E. Butterworth (1983).

Al-Ghazali and the Tahafut Debate: An Analysis of Al-Ghazali's Response to the Philosophical Critique in the Tahafut al-Falasifah" oleh Waseem A. Ahmed (1999).

"Ibn Rushd (Averroes) and His Philosophy" oleh Majid Fakhry (2001).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun