Mohon tunggu...
faruq amrulloh
faruq amrulloh Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar dari sejarah

Berbagi peristiwa sejarah yang telah terjadi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Pembentukan Laskar Hizbullah

13 Januari 2021   10:30 Diperbarui: 13 Januari 2021   10:55 3920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Muhammad Faruq Amrulloh

amrullohfaruq@gmail.com


ABSTRAK : Awal kemerdekaan Indonesia seluruh rakyat terlibat dalam upaya mempertahankan kemerdekaan tidak terkecuali kalangan pesantren. Kalangan pesantren merupakan kelompok islam yang menempuh pendidikan agama dalam satu lingkungan yang disebut dengan pesantren. Mayoritas penduduk Indonesia beragama islam maka banyak pula penduduk Indonesia dari kalangan Pesantren. Ketelibatan pesantren selain dalam mempertahankan kemerdekaan sebelumnya juga ikut dalam proses meraih kemerdekaan baik dalam masa penjajahan Belanda maupun Jepang. Kalangan pesantren membentuk kelompok semi militer untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Kata kunci: kemerdekaan, islam, laskar Hizbullah,

ABSTRACT : At the beginning of Indonesia's independence, all the people were involved in defending independence, including pesantren. pesantren are an Islamic group that takes religious education in an environment known as pesantren. The majority of Indonesia's population is Muslim, so there are also many Indonesians from pesantren. The involvement of the pesantren, apart from defending previous independence, also participated in the process of gaining independence both during the Dutch and Japanese colonial times. Pesantren formed a semi-military group to fight for Indonesian independence.

Kata kunci: independent, islam, laskar Hizbullah,

Pada tahun 1942 Belanda menyerah kepada Jepang sehingga kekuasaan Belanda terhadap wilayah Hindia Belanda atau Indonesia diserahkan kepada Kekaisaran Jepang melalui sebuah pemerintah militer Jepang yang sudah dibentuk di Indonesia. Pada masa Jepang organisasi kemasyarakatan semakin berkembang terlebih Jepang berusaha mendapat lebih banyak simpati rakyat Indonesia untuk mendapatkan bantuan menghadapi Sekutu dalam perang pasifik. Organisasi bentukan Jepang tersebut antara lain adalah PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), Java Hokokai, serta PETA (Pembela Tanah Air). Sikap dan kebijakan Jepang terhadap Islam terbukti berbeda dengan sikap Belanda terhadap Islam dalam artian politik, pihak Jepang berusaha membujuk para ulama Islam untuk bekerja sama dengan Jepang.

Pihak Jepang melakukan upaya pendekatan kepada tokoh-tokoh Islam  baik dari Muhammadiyah maupun NU, sedangkan Sarekat Islam  ketika masa Jepang sudah mulai pecah namun tetap didekati oleh Jepang. Sebagai bentuk kebijakan politiknya memberikan ijin MIAI beraktifitas sebagai organisasi gabungan umat Islam Indonesia. 

Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) yang merupakan wujud gagasan persatuan dan kesatuan bangsa yang tumbuh dari kalangan Islam dengan maksud untuk mengatasi berbagai kendala dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. MIAI merupakan peleburan dari berbagai organisasi Islam  yang ada di Indonesia yang dibentuk pada tanggal 25 September 1937 di Surabaya. Pencetus dibentuknya MIAI ialah K.H Mas Mansyur dari Muhammadiyah dan K.H Abdul Wahab Chasbullah dari NU. Berbagai aktifitas MIAI berdampak baik bagi Jepang karena terbukti di pulau Jawa tidak ada satu pun perlawanan rakyat yang serius sampai tahun 1944.

Pemerintahan militer Jepang membiarkan MIAI sebagai satu-satunya gerakan umat Islam  Indonesia, namun muncul kecurigaan kepada tokoh MIAI sehingga dilakukan penangkapan oleh Jepang. Penangkapan dilakukan kepada K.H. Hasyim Asyari dan K.H. Mahfud Sidiq pada 1942. Meski demikian, menurut Khoirul Anam penangkapan keduanya karena menolak melaksanakan sekeirei yakni membungkuk hormat ke arah timur kepada Kaisar Tenno(Kayyis, 2015:20)  Keputusan Jepang berubah karena pada bulan September 1942 di Jakarta diselenggarakan konferensi para pemimpin Islam yang menghasilkan hasil-hasil yang mengecewakan pihak Jepang. Kongres dilakukan setelah K.H.Hasyim Asyari dibebaskan pada tanggal 18 Agustus 1942. Pihak Jepang berharap akan mengganti MIAI dengan suatu organisasi yang berada dibawah arahan mereka. Jepang pada dasarnya sudah melihat MIAI kurang dinamis dan kurang bergelora dalam menopang perang Jepang.

Akhirnya pada bulan Oktober 1943 MIAI resmi dibubarkan. Setelah itu Jepang mendirikan sebuah kantor bernama Shumubu (Kantor Urusan Agama) sebagai penganti MIAI, didirikan di Jakarta. Pada tahun 1944 dibuka cabang-cabangnya di daerah yang diberi nama Shumuka di seluruh wilayah Indonesia.  Shumubu pada mulanya dikepalai oleh tentara Jepang yaitu Kolonel Horie, namun Shumubu tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan karena tidak mampu memobilitaskan rakyat. Masyarakat Islam Indonesia saat itu sulit untuk dipimpin oleh orang asing. 

Oleh karena itu, Kolonel Horei digantikan oleh Profesor Hoesein Djajaningrat tetapi karena sebagai pakar agama Islam yang tidak pernah memimpin organisasi sosial Islam menyebabkan dia mempunyai pengaruh pada masyarakat Islam Indonesia. Kemudian diadakan lagi proses reorganisasi Shumubu dengan digantikanya ketua Shumubu oleh K.H.Hasyim Asy'ari. Jepang pada awalnya mengundang seluruh tokoh Islam di Jawa dan Madura kemudian forum menunjuk K.H. Hasyim Asyari sebagai ketua Shumubu. Karena faktor usia yang sudah cukup tua maka aktivitas harian diserahkan kepada wakilnya sekaligus putranya Wahid Hasyim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun