Mohon tunggu...
faruk muhamad
faruk muhamad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Gerakan Membaca, Angin Segar Dari Pikuknya Kehidupan

17 November 2015   18:27 Diperbarui: 17 November 2015   18:44 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Peresmian Gerakan Indonesia Membaca dalam perayaan Hari Aksara International di Jayapura Papua"][/caption]

Ada sebuah pepatah, buku adalah jendela dunia. Kita terlahir sebagai manusia suci yang tanpa tahu dunia itu apa. Dunia memiliki berbagai sisi, dan manusia diciptakan untuk bisa melihat sisi itu dengan jelas, baik, dan terperinci dari sudut masing-masing. Kita memandang dunia dari perilaku terhadap sesama, terhadap lingkungan, dan Tuhan. Setiap sudut yang terlihat pasti berbeda satu dengan yang lainnya. Dan kita melihatnya sebagai pengetahuan.

Pengetahuan tidak serta merta tersampaikan kepada manusia, akan tetapi melalui sebuah proses. Dunia kian berkembang dari jaman terbelakang ke jaman moderen. Proses itu melalui pengetahuan yang tersampaikan dan ikut berkembang. Dan kita tidak bisa hanya mengandalkan penyampaian itu secara lisan.

Membaca adalah salah satu jalan tersampaikannya pengetahuan. Membaca memberikan gambaran bahwa dunia bisa berkembang. Gambaran itu bisa terlihat di mata dunia melalui aksara. Gambaran itu terperinci dalam tulisan bahkan analisa. Membaca membawa kita melihat dunia lebih nyata, hidup lebih hidup.

Indonesia yang kini telah disebut-sebut berhasil mengentaskan buta aksara dari 95% menjadi hanya 5%. Generasi buta aksara itu kian punah, dan itulah harapan kita. Generasi buta aksara teregenerasi menjadi melek aksara. Menjadikan membaca sebagai kebutuhan primer bersandingan dengan sandang, pangan, dan papan.

Kemampuan membaca membawa kita kepada kemudahan. Kita yang di kota akan lebih mudah menjalani tingginya mobilitas kehidupan. Kita yang di desa tidak akan terpuruk dalam ketidaktahuan akan informasi. Kita yang tinggal di daerah terdepan tidak akan tersingkirkan karena ketidak adilan. Dan bahkan kita bisa menyelamatkan diri kita ketika akan membuat teh dari keliru membaca bungkus “gula” menjadi “garam”. Kita bisa menyelamatkan dunia melalui membaca. Kita pun akan lebih jeli melihat dunia dengan membaca.

Adanya gerakan indonesia membaca tentu menjadi angin segar di tengah hiruk pikuk kehidupan. Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah, masih 5% buta aksara dan 95% yang telah melek aksara pun belum tentu benar-benar bisa memahami yang dibaca. Ketika pemerintah bergotong royong dengan masyarakat mengentaskan buta aksara, alangkah menjadi sebuah keindahan tiada tara.

Kita bisa berkontribusi di dalamnya. Kita menjadikan keseluruhan Indonesia setara. Tidak ada aku Jakarta kamu Papua. Tidak ada perbedaan radikal dalam berpengetahuan dan berkesempatan menyampaikan pengetahuan. Yang kita harapkan adalah semua setara. Kita maju bersama, berproses bersama, menjadikan hidup lebih hidup.

Sejalan dengan gerakan membaca kemarin 12 November 2015 di Jayapura, Papua tepatnya di Universitas Cendra wasih alhamdulillah telah diresmikan Gerakan Indonesia Membaca. Diungkapkan oleh Pak menteri Anies Baswedan selain peresmian gerakan tersebut, beliau menginginkan penumbuhan gerakan membaca disiswa-siswa dengan mendorong wajib membaca 15 menit sebelum jam pelajaran dibuka. Jaya pak menteri semoga generasi masadepan benar-benar menjadi generasi handal, generasi yang gemar membaca.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun