Mohon tunggu...
Humaniora

Mengapa Harus Melawan Ketika Bisa Disatukan?

11 Oktober 2018   11:42 Diperbarui: 11 Oktober 2018   11:45 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Budaya merupakan sebuah aspek yang erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat. Secara umum, budaya adalah cara hidup yang mengatur manusia agar mengerti dan memahami bagaimana harus bertindak, berperilaku, berbuat, dan menentukan sikap yang tepat saat berhubungan dengan orang lain di masyarakat.

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. 

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah sesuatu yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Di Indonesia sendiri, budaya merupakan sesuatu yang kental dan melekat pada diri masyarakat. Budaya Indonesia yang banyak dan unik merupakan salah satu aset utama yang patut dibanggakan dan terkenal di mata dunia. Karena keunikan yang kita miliki tersebut, kita menjadi sulit untuk membuka diri dan berbaur dengan budaya-budaya lain dari luar. 

Jangankan membuka diri dan berbaur, untuk mengenal saja mungkin merupakan hal yang tabu dalam masyarakat Indonesia. Banyak dari individu dalam masyarakat menganggap bahwa budaya sebagai jati diri bangsa Indonesia yang menunjukkan karakteristik kuat tentang Indonesia dimata dunia. 

Ketika jati diri tersebut tercampur dan dipengaruhi oleh hal asing, maka itu merupakan langkah awal dari kehancuran. Namun, dapatkah kita, Indonesia, maju dan berkembang dengan terus menutup diri akan budaya luar? Atau justru budaya kita yang lama kelamaan termakan oleh kuatnya globalisasi dan modernisasi merupakan alasan dari kehancuran kita sebagai suatu negara?

Sudah sangatlah tidak asing jika budaya luar dianggap sebagai budaya yang bebas dan  berbeda jauh dari nilai norma dan agama yang kita anut. Namun, hal tersebut bukan menjadi salah satu alasan kenapa kita haruslah menutup diri dan melawan budaya tersebut. Justru yang patut kita lakukan adalah membuka diri untuk menampung budaya luar yang nantinya akan menjadi sebuah inovasi dalam kehidupan bermasyarakat.

 Dengan menerima budaya luar, pola pikir masyarakat secara perlahan lahan akan berubah dari yang sebelumnya memiliki pemikiran tertutup, sekarang bisa memiliki pola pikiran terbuka, menuju masyarakat yang lebih modern.

Sebenarnya, ketika kita sebagai sumber daya manusia bisa membuka diri dan menerima dampak-dampak positif dari budaya luar, hal tersebut bisa menjadi peluang untuk kita bisa sekaligus memperkenalkan dan membawa budaya Indonesia ke budaya asing. 

Dengan kita membuka diri, pertukaran informasi dan nilai-nilai budaya antara budaya Indonesia dengan budaya asing akan berjalan dengan sendirinya. Kondisi sekarang di Indonesia justru melihatkan hal sebaliknya. Kita menentang penerapan dan masuknya budaya luar ke dalam lingkungan kita. 

Kita menganggap bahwa budaya luar merupakan sebuah ancaman besar untuk kita karena memberikan dampak buruk terhadap bangsa. Bahkan, orang-orang yang berpikiran terbuka dan mau untuk menerima budaya luar ditentang, dikucilkan, bahkan mendapatkan perilaku buruk dari masyarakat karena dianggap merusak bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun