Gaya yang diterima bernilai sama dengan gaya yang diberikan. Begitulah pula hidup. Pengen hidup lebih baik ya kerja kerasnya lebih. Kalo kerjanya gitu-aja ya hidupmu bakal gitu-gitu aja. Terlepas perspektif kesuksesan orang yang berbeda-beda. Ada yang mikir sukses itu punya harta yang banyak dan tidak pernah kekurangan. Ada juga yang mikir hidup berkecukupan tapi nyaman dan damai. Ada pula yang yang berpikir sukses itu menjadi tenar dan dikenal banyak orang.
Kita terlalu cepat menyimpulkan. Bisa jadi seorang bos besar perusahaan kaya raya itu khawatir tidak bisa menggaji karyawannya bulan depan saat bisnis sepi sedangkan anak buahnya yang sudah pasti memiliki gaji walaupun usaha bosnya sepi berpikir enak ya jadi bos ga kerja capek-capek duitnya banyak. Ketika melihat orang lain bahagia bisa jadi besoknya ia murung. Seperti itu juga kamu. Ketika hari ini sedih besok bahagia lagi. Jangan bandingkan taraf kesuksesan kita dengan orang lain tapi kita harus bertanya pada diri,"apakah kita sudah lebih baik dari kemarin?".
Hidup itu ga adil? Sebenarnya alam semesta itu teratur dan hidupmu, hidupku, hidup orang lain itu teratur dan adil secara sistem. Tetapi ada suatu momen ketika kita sebagai manusia diperlukan tidak adil dan dizholimi orang lain. Bensin tidak akan terbakar jika tidak pernah disulut. Setiap kejadian pasti ada penyebabnya. Apa yang kau lakukan orang lain pasti akan berbalik ke arahmu juga.
Sekarang tinggal bagaimana cara kita menerima dan menghargai diri kita sendiri. Mensyukuri apa yang sudah dimiliki dan berjuang mendapatkan apa yang diinginkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI