Mohon tunggu...
Farid Maruf
Farid Maruf Mohon Tunggu... Perawat - Full-time Learner

Penikmat film. Mahasiswa dan tenaga kependidikan di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membela Sitti Hikmawatty

26 Februari 2020   08:00 Diperbarui: 26 Februari 2020   08:11 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribun-Jakarta/M. Rizki Hidayat

Jika suatu keadaan yang ajaib memungkinkan sel sperma untuk dapat berenang di lingkungan air kolam dan berhasil mendekati tubuh seorang perempuan, mungkinkah sel sperma tersebut dapat masuk ke dalam liang vagina? Ya, jika kebetulan perempuan tersebut tidak mengenakan pakaian yang menutupi vaginanya.

Jika, lagi-lagi di bawah skenario yang begitu ajaib, semen berhasil menempel pada labia mayora (bagian luar vagina) seorang perempuan, mungkinkah cairan tersebut dapat masuk melalui liang vagina menuju sel telur untuk dapat membuahinya? Ya, mungkin saja jika hal-hal ajaib lainnya terjadi.

Kesimpulannya adalah: terlalu tidak mungkin bagi seorang perempuan untuk mengalami kehamilan akibat berenang di kolam renang yang di dalamnya terdapat laki-laki yang ejakulasi, saking tidak mungkinnya, sampai-sampai menjadi mustahil. Hal tersebut hanya dapat terjadi dalam perhitungan matematis, namun tidak pada tatanan praktis. Tidak, bahkan hanya untuk 1 kasus berbanding 100 juta. 

Seperti dalam lempar koin yang kita lakukan untuk mengundi atau menentukan sesuatu: kita hanya melihat dua kemungkinan hasil yang keluar, yakni 'head' atau 'tails', tanpa memedulikan kemungkinan bahwa koin tersebut jatuh dalam keadaan berdiri, sebab hal tersebut tidak mungkin terjadi, meskipun secara matematis peluang tersebut ada.

Menurut saya, masalah pada pernyataan Ibu Hikmawatty adalah bukan bahwa dia bodoh, tidak berdasar atau tidak tahu menahu tentang hal yang sedang dia bicarakan sebagaimana yang banyak dilontarkan oleh banyak warganet di media sosial, mengingat kapasitasnya sebagai komisioner KPAI, magister sekaligus dosen---melainkan pada pengaplikasian 'radical thinking' yang salah tempat. 

Dalam konteks penjelasan mengenai perlindungan anak dan risiko kehamilan usia dini, tentu saja pernyataan tersebut tidak tepat. Di kelas-kelas filsafat, pernyataan tersebut, mungkin, akan memancing diskusi dan debat.

Sebuah kesimpulan bisa saja benar secara teknis, namun salah secara praktis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun