Â
CERITA II
Sama halnya di Masjid Nabawi, Masjid al Harom Makkah pun dikelilingi oleh pertokoan, hotel, dan pedagang yang menawarkan aneka dagangannya, seperti : sajadah, pernak pernik perhiasan, hingga makanan cepat saji. Apabila kita telah keluar dari area masjid, kita akan disuguhi suasana mirip pasar Tanah Abang. Atau paling tidak seperti pasar dadakan di tanah air ba'da bubar jum atan di masjid - Â masjid besar di Jakarta seperti masjid Pondok Indah, Masjid Sunda Kelapa di Menteng ataupun Masjid al Azhar di Kebayoran Baru. Bisa jadi inilah bentuk nyata pengamalan daripada ayat terakhir surat Jumat, apabila solat telah ditunaikan, bertebaranlah kalian di muka bumi, carilah karunia Allah.
ANGKOT ARAB
Ternyata layanan angkutan umum disini tidak jauh beda dengan di ibukota Jakarta dan sekitarnya. Banyak angkot disini dalam keadaan kusam seperti tidak terawatt, hilir mudik. Yang membedakan penampilan sang sopir, yang selalu mengenakan baju jubah (ribet juga lihatnya...).
Untuk jarak dekat (+- 3 km) biasanya model angkutannya seperti angkot pinggiran kota di Jakarta, dengan tariff 1-2 rial. Sementara untuk jarak lebih jauh biasanya menggunakan angkutan taksi. Taksi disini jarang (tidak ada?) yang menggunakan argo, jadi sesuai kesepakatan antara supir dan penumpang. Biasanya untuk jarak 5-10 km dikenai tariff 15-20 riyal.
Sementara kondisi jalanan di sini relative lebih lengang jalanan di Jakarta yang padat. Hal ini sering membuat para sopir memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. Mirip supir  metromini kejar setoran kalau di Jakarta, meskipun di daerah pemukiman. Bagi yang tidak terbiasa akan membuat jantung berdebar tak karuan.
Nop 2008