Mohon tunggu...
Farhan Ramadhan
Farhan Ramadhan Mohon Tunggu... Lainnya - Koresponden

Saya memiliki hobi menulis sejak SMA, dan sekarang masih merawat baik hobi tersebut. Kini, saya aktif menulis di blog pribadi dan beberapa media online.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

JumputanKita Jadi Ajang untuk Lestarikan Kain Jumputan secara Edukatif dan Kreatif

7 Januari 2023   13:36 Diperbarui: 7 Januari 2023   13:41 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim JumputanKita saat road to school di SMA Negeri 1 Palembang (Istimewa)

Jumputan? Apa yang terlintas dari teman-teman ketika mendengar kata jumputan? Yaps betul sekali, yakni kain yang dibuat dengan metode jumput. Lalu apa yang membuat beda kain jumputan khas Palembang dan yang lainnya? Yang paling jelas adalah motifnya.

Latar belakang mereka mengadakan proyek sosial ini dikarenakan pengaruh globalisasi membuat kebanyakkan remaja mulai melupakan ciri khas budaya Indonesia dan warisan negara Indonesia, salah satunya kain jumputan yang merupakan warisan budaya di Sumatera Selatan.

JumputanKita adalah proyek sosial yang dilakukan oleh tim Sumatera Selatan bertujuan untuk memberikan edukasi mengenai pentingnya melestarikan kain jumputan, serta memperkenalkan kreasi dan inovasi dari produk jumputan, sehingga menumbuhkan rasa bangga memiliki jumputan khususnya para remaja sebagai warisan budaya. Mereka memulai proyek sosial tersebut dengan mengamati keberadaan Jumputan di masyarakat dengan cara melakukan wawancara kepada salah satu karyawan di Griya Kain Tuan Kentang.

Tim JumputanKita hadirkan kegiatan pelestarian Kain Jumputan secara edukatif dan kreatif (Istimewa)
Tim JumputanKita hadirkan kegiatan pelestarian Kain Jumputan secara edukatif dan kreatif (Istimewa)

Pada Senin (17/11/2022), para Awardee BIM tim JumputanKita melakukan kunjungan ke salah satu tempat di Tuan Kentang tepatnya di Jalan Aiptu A Wahab, Kelurahan Tuan Kentang, Kecamatan Jakabaring, Kota Palembang, Sumatera Selatan untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang kain jumputan dengan belajar menjahit, mengikat, dan melihat proses pencelupan kain jumputan.

Tim JumputanKita merasa antusias mengikuti proses pembuatan kain jumputan yang dibantu oleh salah satu karyawan di sana. Mereka memperhatikan secara seksama setiap tahap agar menghasilkan kain jumputan dengan ciri khas yang unik dan nilai seni yang tinggi, serta mereka bergantian mencoba melakukannya secara langsung.

Selain belajar tentang cara pembuatan, tim JumputanKita juga mengajukan beberapa pertanyaan seputar kain jumputan, seperti motif dan pewarna yang dipakai. Ternyata, ciri khas kain jumputan Palembang terletak pada motifnya yang unik yaitu bintik tujuh. Motif bintik tujuh memiliki 7 bintik putih dan gradiasi warna sebagai hasil dari proses teknik pewarnaan ikat-celup. Motif ini juga melambangkan 7 lapisan langit. Lalu, ada beberapa pilihan pewarnaan pada kain jumputan yaitu pewarna alami gambir, ecoprint, dan pewarna tekstil.

“Di Tuan Kentang, kami mengunjungi beberapa tempat pengrajin untuk belajar membuat kain jumputan, mulai dari proses menjahit, pengikatan, pewarnaan dan pengeringan,” ucap Aliyah Nur Dafika sebagai salah satu perwakilan tim JumputanKita.

Tak hanya ke tempat pengrajin, tim JumputanKita juga datang ke Griya Kain Tuan Kentang. Griya Kain Tuan Kentang merupakan tempat yang menjual pakaian jumputan dengan kualitas tinggi. Selain menjual produk, mereka juga membuka kelas bagi siapa yang ingin belajar membuat jumputan.

“Senang rasanya memiliki generasi muda yang masih peduli dengan warisan budaya lokal. Kain Jumputan merupakan kain khas Sumatera Selatan dengan motif titik 7 dan memiliki nilai keindahan tersendiri. Keunikan motif dan hasil pewarnaannya sangat dipengaruhi oleh keterampilan dari pengrajinnya, makanya pelestarian kain jumputan sangat penting," ucap Sopian Chandra selaku perwakilan Griya Kain Tuan Kentang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun