Mendung semakin tebal di atas kepala. Tapi tidak satu pun dari kami ingin cepat pergi.
Karena diam-diam, tempat ini membuat kami merenung lebih dari yang kami kira.
Ketika Basah-Basahan Menjadi Doa Bahagia yang Sederhana
Di ujung rute, kami melewati sungai kecil yang menjadi trek air jeep. Supir mempercepat laju. Cipratan air menghantam sisi jeep dan mengenai kami semua. Basah. Riuh. Tawa pecah tanpa aba-aba.
Langit masih kelabu. Tapi hati kami justru cerah.
"Kadang, hal sederhana seperti bermain air bisa jadi bentuk syukur yang paling jujur."
Kami tidak mengabadikannya dengan kamera terbaik. Tapi kami tahu, kenangan ini akan tinggal lebih lama dari sekadar postingan.
Pelajaran Tak Selalu Ada di Buku. Kadang, Ada di Getaran Tanah dan Langit yang Mendung
Perjalanan ini tidak hanya tentang tempat, tapi tentang rasa. Tentang mengingat kembali betapa kecilnya manusia di hadapan alam. Tentang memahami bahwa kehilangan tidak selalu mengakhiri, tapi justru mengawali.
Merapi bukan hanya menyimpan letusan. Tapi juga ketabahan, keberanian, dan kesederhanaan yang luar biasa.
Dan kami pulang tidak hanya membawa baju basah, tapi juga hati yang jauh lebih kering dari keluh. Karena pada akhirnya Jogja memang terbuat dari rindu, pulang dan kamu