Mohon tunggu...
Farhah nuha
Farhah nuha Mohon Tunggu... Guru - pasti bisa berkarya

memilih tanpa penyesalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sampai Mencapai Langit

16 November 2019   06:41 Diperbarui: 16 November 2019   06:50 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menjadi pelajar juga mesti belajar untuk membantu orang tua atau nenek kita bertani. Apalagi di era sekarang menjadi petani selalu dipandang sebelah mata. Padahal di era sekarang petani itu dibutuhkan. Anak jaman sekarang pasti tidak mengenal arena persawahan panasnya terik matahari dan cara menanam yang baik kecuali jurusan agro.

Panggil aku Nuha, bibi ku mencapku orang yang selalu berhadapan dengan laptop dan buku. Pada suatu hari, aku diajak menanam kacang di kebun kakeku . Aku hanya menaburkan benih nya kesetiap lobang yang sudah dibuat nenekku. Sekeluarga kami ada disini namun pekerjaaan ku tak sebaik mereka bahkan aku ngerasa pusing lelah dan sakit tapi karna aku malu kalau dibilang tak bisa apa apa akhirnya aku putuskan untuk lanjut sampai selesai. Keluarga besar kami sederhana apalagi neneku yang masih mempunyai hawu untuk memasak. Bahkan sangu akeul buatannya menjadi kesukaanku walau makan dengan asin sama sambel tapi itu adalah kenikmataan hakiki.

Setalah bertani aku pulang tepatnya pukul 14.00 aku lelah terus mandi. Sejenak aku berpikir bagaimana aku kedepannya? Aku akan menjadi apa dimasa depan? Ah sumpah aku ingin menjadi wanita karieer ingin merubah nasib keluargaku.

Tapi inhibitor dari sanak kelargaku begitu banyak. Salah satunya saudaraku yang masih menganggap pendidikan perempuan itu percuma karena ujungnya di dapur. Semua keluarga ku menuntutku mendapatkan suami yang kaya tapi aku tidak suka demikian.

Aku ingin belajar setinggi langit dan mengikuti kuliah sehinggga mendapat gelar sarjana. Ditambah beban keuangan aku keluarga yang tak punya:(.  Sudahlah apakah aku harus bekerja mencari nafkah? Tapi itu pasti disanggah oleh ayahku. Aku harus belajar lebih giat biar mendapatkan beasiswa aku harus menunjukan kalau aku bisa.

Hari hari sekolah sudah biasa aku dipanggil si pintar tapi karena uang jajan tidak cukup aku jarang ikut ikutan dengan mereka pernah sih sesekali diajak jajan kalau aku nabung dengan para sahabatku yang setia dari awal masuk sekolah.

Kami sering  tertawa bersama dan  saling mengerti satu sama lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun