Mohon tunggu...
Muhamad Fardhansyah
Muhamad Fardhansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Masih Belajar

Masih belajar Antropologi. Pola pikir induksi yang diadaptasi dari socrates, menghasilkan pandangan yang lebih holistik dari berbagai macam perspektif.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menilik Sebuah Tindakan Memberi, Mengapa Seseorang Memberi?

13 September 2021   00:19 Diperbarui: 13 September 2021   00:50 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahan Pribadi | sumber gambar: health.kompas

Kalian pasti pernah memberi suatu barang kepada orang terdekat kalian, atau mungkin kalian pernah mendapatkan suatu barang dari orang lain? Tindakan tersebut kerap kita jumpai bahkan kita juga kerap melakukan tindakan tersebut secara tidak sadar. tindakan tersebut disebut sebagai "memberi" atau gift giving.

Saya tidak akan membahas memberi secara mendalam berdasarkan psikologis, karena kita pasti menyepakati hal tersebut terjadi secara alamiah, tetapi bagaimana kita memaknai sebuah tindakan memberi? Hal yang mengganjal bagi saya secara pribadi adalah mengapa orang-orang sangat mudah memberi, apakah mereka mengharapkan timbal balik dari orang yang diberi? Seperti halnya kalian memberikan seseorang hadiah ulang tahun, dengan harapan mendapatkan hadiah serupa ketika kalian berulang tahun.

Jika pertanyaannya seperti itu, mungkin tidak tepat jika kita melihat tindakan seperti donasi atau amal, karena mereka sebagai pemberi tidak mendapatkan bentuk timbal balik berupa barang kepada mereka. Lalu bagaimana kita melihat tindakan memberi "gift" dalam kerangka yang lebih tajam mengenai hubungan individu antara pemberi dan penerima?

Dalam dimensi sosial, "gift" merupakan sebuah tanda atau undangan untuk kemitraan. Sebagai contoh, perayaan Thanksgiving di Amerika Serikat yang dikenal dengan tradisi saling tukar kado untuk mengingat sejarah kemitraan antara suku di Amerika dengan orang-orang Eropa.

Dari sini kita sudah bisa melihat garis besar bahwa semuanya berawal dari pertukaran. Baik itu pertukaran langsung ataupun tidak langsung.

Kita ambil contoh sederhana, dalam hukum jual beli yang biasa kita dengar adalah transaksi antara penjual, pembeli, dan adanya alat tukar. Dalam tindakan tersebut, penjual menawarkan suatu barang dengan harapan mendapatkan uang dari seseorang yang menginginkannya. Barang atau uang tersebut sebagai media antara penjual dan pembeli. Hal tersebut sangat bersifat ekonomis.

Lalu, bagaimana untuk pemberian yang tidak bersifat ekonomis? Hal tersebut sebenarnya tidak berbeda jauh dengan sebuah transaksi jual beli. Mauss (1924) mengatakan mengenai gift, bahwasannya sebuah hadiah merupakan sesuatu yang sangat luas dan terdapat hubungan sosial didalamnya, serta berkelanjutan. 

Mauss mengatakan konsep sebuah gift didasari 3 hal yaitu: to give, to receive, to return.

Ketika seseorang memutuskan untuk memberi, secara tidak sadar mereka akan mengharapkan untuk mendapatkan sesuatu dari penerima hadiah tersebut di lain waktu meskipun dalam bentuk yang berbeda, bahkan dapat berupa jasa.

Oleh karena itu, kita sering mendengar istilah balas budi atau seseorang mengatakan "Dasar! Tidak tahu terimakasih!". Dua contoh tersebut menegaskan bahwa secara tidak sadar seseorang mengharapkan adanya timbal balik atas pemberiannya di masa lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun