Arsitektur merupakan produk dan proses dari perencanaan, perancangan, dan konstruksi bangunan atau struktur. Arsitektur dipercaya mengandung citra, keindahan, dan nilai seni yang memiliki fungsi, keindahan, dan kekokohan. Kajian arsitektur ini akan membahas mengenai bangunan terutama rumah tradisional dan kaitannya terhadap budaya dan kondisi lingkungannya, serta sejarah, perkembangan teknologi pembangunan dan kehidupan manusia zaman dulu.
Arsitektur dari rumah adat Sumba menjadi refleksi perwujudan budaya, kepercayaan, dan behavior dari masyarakat Sumba. Rumah adat dibangun dengan filosofi keselarasan antara kehidupan manusia dengan pencipta dan Marapu, dan manusia dengan alam. Bagi masyarakat Sumba, rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal dan berlindung saja, lebih dari itu rumah menjadi bagian dari kehidupan dan diri masyarakat. Rumah dianggap sebagai dunia kecil dan memiliki bagian yang sacral. Masyarakat Sumba sangat mempercayai bahwa rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal bagi mereka yang masih hidup, tetapi juga dengan arwah nenek moyang masyarakat Sumba, Marapu. Sehingga, rumah tradisional di Sumba dibangun dengan arsitektur yang atas kepercayaan dan adat dari yang terikat dengan masyarakat Sumba, dan mengikuti konteks lingkungannya.
Pola tata perkampungan rumah adat Sumba beriorientasi terhadap arah utara-selatan. Utamanya arah selatan, karena dipercaya bahwa arah selatan merupakan arah datangnya angin laut yang pada musimnya membawa kesuburan dan hasil usaha yang melimpah. Sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur terhadap angin laut bagus yang datang dari selatan yang menjadikan sumbu orientasi perkampuangan di Sumba. Setiap bangunan rumah dalam kampung sendiri berorientasi natara. Natara sebagai ruang publik yang digunakan untuk tempat melaksanakan upacara adat hingga upara kematian dan tempat meletakkan batu kubur. Kampung di Sumba, umunya terdiri dari belasan rumah dengan 1-3 rumah sebagai rumah utamanya (tubba) dan anak-anak rumah (ana uma). Rumah utama ini terletak di depan natara. Rumah utama ini akan dibangun pertama dalam perkampungan dengan bahan material yang asli dari alam tanpa ada percampuran dengan material lainnya. Pembagian tata letak rumah ini menunjukkan adanya stratifikasi sosial yang berlaku di dalam kampung di Sumba. Stratifikasi sosial di Sumba dibagai menjadi 3 golongan, yaitu golongan bangsawan (maramba), golongan rakyat biasa (kabisu), dan golongan hamba/budak (ata) (Adams et.al 2004:15).
Rumah adat Sumba dibangun dengan konsep ka'bani-mawinne atau pria-wanita. Pembagian rumah tradisional Sumba secara jelas menjadi penggambaran tentang hirarki dan tingkatan kesakralan dari suatu bangunan yang menjadi simbolis kosmologinya. Semakin tinggi ruangan maka semakin sakral juga ruangan tersebut yang terbagi secara garis vertikal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI