Mohon tunggu...
Ra
Ra Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Suka baca apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merancang Masa Depan Berkelanjutan: Design Thinking dan Kolaborasi untuk Mendukung Pencapaian SDGs

18 Agustus 2023   21:49 Diperbarui: 18 Agustus 2023   21:50 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketika pertama kali mendengar kata "Design Thinking", bayangan yang muncul dalam benak saya adalah sekelompok orang dengan pakaian kasual, post-it berwarna-warni, dan ruangan yang penuh dengan sketsa ide-ide cemerlang dan inovatif. Selama ini, saya beranggapan bahwa Design Thinking hanya relevan bagi desainer atau inovator. Padahal ternyata, di balik pendekatannya yang tampak sederhana, terdapat filosofi mendalam tentang bagaimana mendekati masalah dari perspektif pengguna.


Lebih Dari Sekedari "Desain"

Hal yang menurut saya paling menarik adalah bagaimana pendekatan Design Thinking bisa membantu kita mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Melalui pendekatan ini, kita diajak untuk mendalami, mendefinisikan, mengidekan, memprototipe, dan menguji coba solusi yang ingin kita lakukan. Pendekatan ini membantu dalam menciptakan solusi yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. 

Utamanya, Design Thinking menekankan pada pentingnya empati, memahami perspektif dan kebutuhan masing-masing pemangku kepentingan. Dalam konteks SDGs, hal ini berarti bahwa pemerintah, sektor swasta, dan organisasi nirlaba (NGO) perlu mendengarkan satu sama lain, memahami tantangan dan peluang dari perspektif masing-masing, serta bersama-sama menciptakan solusi yang inovatif dan relevan.

Dari sini, muncullah kebutuhan untuk kolaborasi. Dasar pikirnya, satu batu bata tidak akan membuat sebuah rumah. Demikian pula dengan SDGs, dengan kompleksitas tujuan dan sasarannya, tidak mungkin satu entitas saja yang mampu mencapai hasil maksimal. Pemerintah memiliki wewenang regulasi dan kebijakan, sektor swasta menyediakan inovasi dan sumber daya, sedangkan organisasi nirlaba memahami kebutuhan dan aspirasi masyarakat di lapangan.


Membangun Kolaborasi dengan Design Thinking


Lalu, bagaimana Design Thinking bisa memfasilitasi kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan organisasi nirlaba? Pertama, dengan empati. Design Thinking memulai prosesnya dengan memahami kebutuhan dan tantangan pengguna. Dalam konteks SDGs, ini berarti memahami kebutuhan dan tantangan masyarakat. Dengan pendekatan berbasis empati, setiap pihak dapat lebih memahami konteks, prioritas, dan batasan masing-masing entitas yang terlibat, sehingga peluang konflik dapat diminimalisir dan kerja sama menjadi lebih efektif.

Kedua, melalui proses ideasi dan prototipe. Dengan mengumpulkan pemikiran dari berbagai pihak, solusi yang dihasilkan menjadi lebih komprehensif. Misalnya, dalam mengatasi masalah polusi air, sektor swasta mungkin memiliki teknologi yang canggih, pemerintah memiliki kebijakan yang mendukung, dan organisasi nirlaba memiliki jaringan komunitas di daerah terdampak. Melalui Design Thinking, ketiga pihak ini dapat duduk bersama, membagikan pandangan dan sumber daya mereka, lalu menciptakan solusi yang holistik. Prototipe yang dihasilkan kemudian dapat diuji, disesuaikan, dan dioptimalkan berdasarkan umpan balik langsung dari masyarakat yang diuntungkan.

Ketiga, melalui iterasi dan evaluasi. Setelah solusi diterapkan, penting bagi ketiga pihak untuk terus memantau, menilai, dan menyesuaikan solusi tersebut berdasarkan hasil nyata di lapangan. Design Thinking mendorong siklus feedback yang berkelanjutan, memastikan bahwa solusi yang diimplementasikan terus relevan dan efektif dalam mengatasi tantangan yang ada.

Dalam hal ini, Design Thinking tidak hanya memfasilitasi penciptaan solusi yang inovatif, tetapi juga memastikan bahwa solusi tersebut diterima dengan baik oleh masyarakat dan memberikan dampak yang berarti.


Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun