Mohon tunggu...
Faqih Hindami
Faqih Hindami Mohon Tunggu... lainnya -

Mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Komunisme: Dari Marxisme hingga Pancasila

4 Juni 2016   07:25 Diperbarui: 4 April 2017   16:47 1420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hingga hari ini di hadapan masyarakat kita masih tersaji isu kebangkitan komunisme di Indonesia. Komunisme dipandang sebagai sebuah ideologi yang buruk, sangat meterialis, anti pancasila, bahkan sebagian kalangan menyebutnya mengandung paham atheisme. Pandangan buruk mengenai komunisme tersebar di kalangan masyarakat melalui media dan pemerintah sebagai paradigma yang cenderung dipaksakan, karna menampilkan sisi buruknya saja, tanpa menghadirkan latar belakang munculnya paham ini. 

Paradigma yang dipaksakan ini telah berhasil membentuk kekhawatiran dalam masyarakat kita, terutama mereka yang tidak memahami latar belakang ideologi ini. Pemerintah, sebagai pihak berkuasa melakukan upaya ‘perlindungan’ terhadap masyarakat yang sedang ‘khawatir’ ini, dengan melakukan berbagai cara hingga menarik buku-buku berhaluan kiri dari peredaran. Dengan dilarangnya peredaran buku-buku berhaluan kiri, masyarakat seolah-olah dilarang untuk berpikir, mencari tahu, bersikap kritis, dan melakukan tinjauan akademis. Masyarakat kita seperti didorong masuk ke dalam lorong bernama kebodohan. Hal ini pada akhirnya membentuk masyarakat yang anti-komunisme, namun seolah berupaya untuk meniadakan sikap kritis masyarakat. 

Masyarakat Indonesia diajak untuk melihat komunisme melalui sudut pandang yang sempit, hanya lewat peristiwa yang terjadi berpuluh-puluh tahun lalu, seperti pemberontakan PKI. Padahal, untuk memahami dasar pemikiran komunisme secara utuh, kita mesti kembali ke tahun 1825-an setelah munculnya revolusi industri. Lantas, pertanyaan yang mesti dijawab, apakah komunisme begitu berbahaya sehingga pemerintah melakukan cara-cara demikian untuk menjauhkan paham ini dari masyarakat? Benarkah komunisme merupakan paham ateis, materialis, dan bertentangan dengan nilai-nilai pancasila? Pertanyaan-pertanyaan ini yang ingin dijawab melalui tulisan ini.

Latar Belakang Komunisme

Seperti yang telah diungkapkan, bahwa kita tidak dapat memahami seutuhnya paham komunisme melalui sudut pandang sempit yang didasari oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi puluhan tahun lalu saja. Jauh sebelum itu, dasar pemikiran komunisme sebenarnya adalah gagasan sosialisme yang muncul di Inggris dan Perancis sekitar tahun 1825-an ketika kapitalisme sedang berkembang di Eropa Barat sebagai dampak dari revolusi industri. Ketika itu, pembangunan mulai terpusat di kota-kota besar, industrialisasi berkembang pesat, terjadi urbanisasi besar-besaran, karena para petani dipaksa meninggalkan lahan mereka yang telah digunakan untuk membangun pabrik industri, dan kemudian beralih profesi menjadi buruh. Perubahan cepat yang terjadi mengakibatkan kemiskinan, penggusuran, dan eksploitasi besar-besaran tenaga kerja oleh kaum kapital. Bahkan, seorang buruh dikatakan tidak dapat membeli roti, yang ia buat sendiri. Kaum buruh menjadi produsen, sekaligus konsumen.

Sebagai reaksi terhadap kondisi ini, seorang tokoh sosialis asal Prussia bernama Karl Marx kemudian melancarkan kritik terhadap sistem kapitalisme yang sedang berkembang melalui karya-karyanya yang terkenal, yaitu Communist ManifestodanDas Capital. Kritik ini kemudian dikembangkan menjadi paham yang disebut Marxisme. Dasar dari pemikiran Marxisme maupun Komunisme berasal dari gagasan Sosialisme, yakni suatu pemikiran mengenai perubahan ekonomi yang dilandasi moral kemasyarakatan, dan bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Menurut Marx, kapitalisme melahirkan kelas-kelas dalam masyarakat, yaitu masyarakat borjuis dan masyarakat proletar. Maka, konsep utama dari pemikiran Marx adalah masyarakat tanpa kelas, stratifikasi, dan diferensiasi sosial. Manusia haruslah memiliki derajat yang sama. Pada akhirnya, konsep ini mengarah pada masyarakat tanpa otoritas.

Melalui gagasannya, Karl Marx berusaha mengangkat derajat dan menghilangkan penindasan yang dialami kaum buruh dan petani. Menurutnya, upaya ini haruslah ditempuh melalui revolusi perjuangan kelas. Karena itulah, simbol yang biasa digunakan oleh para penganut paham Komunisme dan Marxisme adalah palu dan arit. Simbol palu merepresentasikan perjuangan kaum buruh, dan simbol arit merepresentasikan perjuangan kaum petani, yang merupakan kaum proletar tertindas. Simbol ini sama sekali tidak merepresentasikan kelaliman seperti anggapan sebagian kecil masyarakat.

Marxisme dan Materialisme

Memang benar, salah satu yang mendasari paham Marxisme adalah Materialisme. Akan tetapi, materi dalam konsep pemikiran Marx bukanlah materi yang didehumanisasikan. Marx merujuk pada anggapan-anggapan dasar tentang cara manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam pemikiran Marx, manusia harus memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja, dan dengan memenuhi kebetuhan hidupnya manusia dapat menampilkan keberadaannya. Pemenuhan kebutuhan hidup merupakan kegiatan sosial dan menyiratkan hubungan sosial. Dengan demikian, manusia menjadi sadar bahwa tanpa pemenuhan kebutuhan dan tanpa kehadiran orang lain, hidupnya menjadi minim makna. 

Dampak atas kesadarannya sebagai makhluk sosial itu melahirkan pemikiran bahwa seorang individu bukan bekerja dan hidup untuk dirinya sendiri saja, namun juga untuk orang lain. Dalam masyarakat kapitalis, menurut Marx, para pekerja akan teralienasi atau terasing dengan dirinya dan masyarakatnya. Kehidupan buruh menjadi sengsara dan jauh dari konsep sesungguhnya sebagai makhluk sosial. Jadi, materialisme yang melandasi pemikiran Marx sebetulnya bertujuan untuk mengembalikan konsep manusia sebagai makhluk sosial.

Marxisme dan Agama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun