Mohon tunggu...
faqeehtamvan
faqeehtamvan Mohon Tunggu... mahasiswa

musik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sayyang patuddu': menjadi warisan budaya mandar yang terlupakan

7 Januari 2025   20:58 Diperbarui: 7 Januari 2025   20:58 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sayyang Pattudu adalah warisan budaya takbenda yang berasal dari suku Mandar, yang memiliki daya tarik unik dan mendalam. Dalam kegiatan ini, kuda yang dinaiki oleh anak-anak yang baru saja mengkhatamkan Al-Qur'an, diiringi oleh grup rebana, seolah-olah menari mengikuti irama musik. Keindahan visual dan spirit kebersamaan ini membuat siapa pun yang menyaksikan terpesona. Namun, meskipun keunikan ini terus berkembang, ada tantangan besar yang harus dihadapi agar budaya ini tetap lestari.

Pertama-tama, masyarakat Mandar harus terus melestarikan kuda-kuda terlatih yang menjadi bagian dari tradisi Sayyang Pattudu. Tanpa kuda yang terlatih, keunikan pertunjukan ini akan sulit dipertahankan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk tetap menjaga dan melatih kuda-kuda yang terlibat dalam acara tersebut, agar mereka tidak hilang dan menjadi punah. Pelestarian ini bukan hanya tentang menjaga tradisi, tetapi juga bagian dari keberlanjutan budaya yang menghubungkan generasi ke generasi.

Pemerintah setempat juga memiliki peran besar dalam pelestarian budaya ini. Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, kegiatan Sayyang Pattudu mulai berkurang intensitasnya. Untuk itu, pemerintah harus menjadikan kegiatan ini sebagai agenda tahunan yang terjadwal dan terorganisir dengan baik. Dengan adanya kebijakan yang mendukung, tradisi ini akan tetap hidup, berkembang, dan menjadi daya tarik budaya yang membanggakan. Kegiatan yang diadakan pada hari-hari tertentu atau yang telah disepakati oleh tokoh agama dan pemerintah setempat ini dapat menjadi momen penting yang menyatukan masyarakat, sekaligus mengingatkan mereka tentang pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya yang ada.

Selain itu, peran tokoh masyarakat sangat krusial dalam mendukung kelangsungan tradisi ini. Mereka harus memberikan dorongan dan motivasi kepada anak-anak untuk terus bersemangat dalam mengkhatamkan Al-Qur'an. Dengan adanya dorongan ini, jumlah anak yang mengikuti kegiatan Sayyang Pattudu akan terus bertambah, bukan berkurang. Melalui kegiatan ini, anak-anak akan mendapatkan motivasi lebih untuk terus belajar dan mengaji, serta memperoleh penghargaan atas prestasi mereka dalam menuntut ilmu agama.

Keberadaan Sayyang Pattudu tidak hanya berfungsi sebagai bentuk syukuran atas keberhasilan anak-anak yang telah mengkhatamkan Al-Qur'an, tetapi juga sebagai sarana motivasi agar mereka terus semangat mengaji. Tradisi ini mengajarkan nilai gotong royong, yang merupakan ciri khas dari masyarakat Mandar. Semangat kebersamaan dalam persiapan dan pelaksanaan acara ini mencerminkan nilai luhur yang dapat dipertahankan dalam kehidupan sosial masyarakat.

Namun, ada juga tantangan lain yang harus diperhatikan, yaitu meningkatnya biaya sewa kuda yang digunakan dalam tradisi ini. Jika tarif sewa kuda terus meningkat, maka kegiatan Sayyang Pattudu bisa menjadi terbatas dan hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu saja. Untuk itu, perlu adanya solusi bersama antara masyarakat dan pemerintah agar biaya ini dapat disesuaikan dengan kemampuan masyarakat lokal.

Secara keseluruhan, Sayyang Pattudu bukan sekadar acara hiburan, tetapi juga memiliki nilai-nilai Islam yang sangat kental, karena didasarkan pada penghargaan terhadap anak-anak yang telah berhasil menyelesaikan bacaan Al-Qur'an. Tradisi ini mengandung unsur spiritual dan kebangsaan yang harus tetap dijaga. Dengan gotong royong masyarakat, dorongan dari tokoh agama, serta dukungan pemerintah, Sayyang Pattudu dapat tetap eksis dan menjadi kebanggaan budaya Mandar yang tidak terlupakan oleh generasi mendatang. Masyarakat Mandar memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga tradisi ini, agar tidak hanya menjadi kenangan, tetapi terus hidup dan berkembang di tengah perubahan zaman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun