Pada hari Selasa tanggal 27 Juni 2023, kami selaku mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta melakukan studi lapangan ke suatu tempat, yang di mana tempat itu terdapat beragam pabrik dan rumah produksi seperti, tempe, tahu, oncom, dan roti kering. Tempat itu berada di Kp. Kopti, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat. Masyarakat di tempat ini memang mata pencahariannya tidak jauh dari produksi makanan yang berbahan dasar kacang kedelai. Masyarakat sana juga kebanyakan pendatang asal Pekalongan yang sengaja merantau ke Jakarta untuk mencari penghasilan. Studi lapangan ini merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan pada mata kuliah Pengantar Pengembangan Masyarakat, dengan dosen pengampu Bapak M. Juffri Halim, S.Ag., M.Si.
Salah satu usaha yang kami datangi adalah usaha tempe mendoan milik Ibu Carsuni. Beliau memulai usaha ini dari tahun 2006, sebelum menjadi produsen tempe mendoan ia sempat menjadi penjual gorengan. Dalam pembuatannya, semuanya harus benar-benar diperhatikan dan sesuai dengan ketentuan seperti, cara mencuci kacangnya, suhu ruang untuk penyimpanannya, dan lain sebagainya, jika tidak maka tempe mendoan akan gagal dan tidak bisa dijual. Hal itu jelas merugikan, karena banyaknya tempe mendoan rusak yang harus dibuang. Tempe mendoan baru bisa berhasil itu setelah 3 hari, misalnya membuat pada hari selasa, maka baru bisa diolah untuk konsumsi pada hari kamis. Untuk harga jual  mendoannya itu Rp. 2.500,- / bungkus, tempe mendoan ini dijual kepada para pedagang tempe mendoan yang biasa berjualan di pinggir jalan.Â
Usaha beliau ini memberikan dampak yang baik bagi perekonomian masyarakat, karena beberapa masyarakat sana bisa menjadi karyawannya dan memiliki penghasilan dari yang tadinya menganggur. Untuk sistem gaji bagi karyawan itu menggunakan sistem borongan, yaitu gaji yang didapat tergantung dari berapa banyaknya karyawan itu bisa membuat tempe mendoan, 100 bungkus mendoan yang bisa dibuat itu dihargai Rp. 18.000,- gaji diberikan setiap satu minggu sekali, sesuai dengan permintaan karyawannya. Produksi tempe mendoan ini merupakan satu-satunya penghasilan Ibu Carsuni, tetapi suaminya juga memproduksi tempe. Pembuatan tempe mendoan itu dilakukan berdasarkan pesanan, jadi setiap harinya tidak menentu. Menurut beliau, semenjak pandemi covid produksi tempe mendoan mengalami penurunan yang cukup tinggi, dan semenjak pandemi berakhir produksi tempe tidak kembali seperti sebelumnya dikarenakan para pedagang tempe mendoan banyak yang berhenti jualan. Namun, dengan usahanya ini beliau sudah bisa membeli motor, mobil, dan renovasi rumah di kampung, sebab rumah di sini masih mengontrak dan memang  hanya untuk rumah produksi. Jadi, usaha ini jelas memberikan dampak yang cukup baik bagi perekonomian Ibu Carsuni sendiri dan juga para karyawannya.Â
Dalam kunjungan kami kemarin, ada yang bisa melihat proses pembuatan ada juga yang tidak. Menjelang hari raya idul adha sudah banyak produsen yang tidak memproduksi lagi, karena libur dan permintaan juga sedikit. Dari kunjungan kemarin kami banyak mendapat pengetahuan dan pengalaman baru mengenai pengolahan tempe mendoan, kami jadi tahu bahwa proses pembuatan tempe mendoan itu tidak semudah yang kita kira. Kami juga jadi banyak belajar, bahwa untuk menjadi pengusaha itu banyak jatuh bangun dan proses yang harus dilalui, serta mengajarkan bahwa dalam kehidupan apalagi menjadi pedagang itu tidak selalu membuahkan hasil sesuai dengan apa yang kita inginkan. Oleh karena itu, diperlukan kesabaran dan keikhlasan dalam menjalaninya.
Fanny Nida Auliya
11220520000031
BPI 2A
Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mata Kuliah Pengantar Pengembangan Masyarakat
Dosen pengampu M. Juffri Halim. S.Ag., M.Si.