Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Penulis Multitalenta, Pengamat Sosial, Pemerhati AI, Pelaku Pasar Modal

Penulis multidisipliner yang aktif menulis di ranah fiksi dan nonfiksi. Fokus tulisan meliputi pendidikan, politik, hukum, artificial intelligence, sastra, pengetahuan populer, dan kuliner. Menulis sebagai kemerdekaan berpikir, medium refleksi, ekspresi ilmiah, dan kontribusi budaya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Fenomena "Pengkritik Tanpa Karya" di Ruang Digital: Sebuah Analisis Psikososial

28 September 2025   07:21 Diperbarui: 27 September 2025   21:32 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengkritik (Sumber gambar: Meta AI)

*Boundary setting: memblokir, mem-mute, atau mengarsipkan komentar destruktif.

*Respon akademis: menjawab kritik dengan data atau rujukan, bukan emosional.

4. Pendekatan Sistemik

Platform dapat menerapkan algoritme yang tidak memberi insentif pada komentar agresif (relational framing), serta menyediakan mekanisme pelaporan yang cepat.

Fenomena "pengkritik tanpa karya" bukanlah gangguan mental tersendiri, melainkan manifestasi dinamika psikososial di ruang digital. 

Memahami faktor penyebabnya membantu kreator menjaga kesehatan emosional dan merespons dengan strategi berbasis bukti. 

Pendekatan multi-level (individu, edukasi, platform) lebih efektif daripada konfrontasi emosional.

Referensi 

*Beck, A. T. (2011). Cognitive therapy of personality disorders. Guilford Press.

*Brady, W. J., Crockett, M. J., & Van Bavel, J. J. (2020). The MAD model of moral contagion: The role of motivation, attention, and design in the spread of moralized content online. Perspectives on Psychological Science, 15(4), 978--1010.

*Choi, B. Y., & Lim, S. H. (2017). The effects of negative online feedback on content creators' motivation and emotional well-being. Journal of Digital Communication Research, 9(2), 34--49.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun