Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Penulis Multitalenta, Pengamat Sosial, Pemerhati AI, Pelaku Pasar Modal

Penulis multidisipliner yang aktif menulis di ranah fiksi dan nonfiksi. Fokus tulisan meliputi pendidikan, politik, hukum, artificial intelligence, sastra, pengetahuan populer, dan kuliner. Menulis sebagai kemerdekaan berpikir, medium refleksi, ekspresi ilmiah, dan kontribusi budaya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Fenomena "Pengkritik Tanpa Karya" di Ruang Digital: Sebuah Analisis Psikososial

28 September 2025   07:21 Diperbarui: 27 September 2025   21:32 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengkritik (Sumber gambar: Meta AI)

Fenomena "pengkritik tanpa karya" bukanlah gangguan mental tersendiri, melainkan manifestasi dinamika psikososial di ruang digital

Perkembangan media sosial menciptakan ruang diskusi yang luas namun juga memunculkan fenomena individu yang sering mengkritik karya orang lain tanpa memproduksi karya orisinal. 

Artikel ini meninjau fenomena tersebut dari perspektif psikologi sosial, komunikasi digital, dan teori motivasi, sekaligus membahas implikasinya terhadap kesehatan mental pelaku dan penerima kritik. 

Penulis menguraikan faktor penyebab, konsekuensi sosial, serta strategi intervensi non-klinikal. 

Tulisan ini bertujuan memberi pemahaman akademis agar fenomena tersebut dipandang secara objektif dan tidak sekadar direspons secara emosional.

Pendahuluan

Sejak munculnya platform media sosial, setiap individu memiliki akses instan untuk menyampaikan opini. Namun kemudahan ini sering memicu perilaku "mengkritik tanpa berkarya" (non-producing critic). 

Perilaku tersebut tampak sebagai asimetri antara aktivitas konsumsi/kritik versus aktivitas produksi. 

Fenomena ini menimbulkan ketegangan emosional, terutama bagi kreator yang menjadi sasaran kritik destruktif.

Tinjauan Teoretik

1.Online Disinhibition Effect

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun