Tradisi membeli kebutuhan menjelang hari-hari besar biasanya bukan hanya memenuhi kebutuhan tetapi juga mencerminkan euforia menyambut hari istimewa
Menjelang hari-hari besar seperti Lebaran, Natal, dan Tahun Baru, aktivitas belanja meningkat pesat. Orang-orang berbondong-bondong membeli kebutuhan seperti makanan, pakaian, dan hadiah, baik di toko fisik maupun online. Tradisi ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan, tetapi juga mencerminkan euforia dan kebahagiaan menyambut hari istimewa.
Namun, di balik semaraknya belanja, banyak orang terjebak dalam konsumtif berlebihan. Diskon besar dan rasa takut kehabisan barang sering membuat mereka membeli lebih dari yang dibutuhkan. Akibatnya, pengeluaran membengkak, barang menumpuk, bahkan harga-harga ikut melonjak karena permintaan tinggi.
Agar tetap bijak, penting untuk menentukan prioritas belanja, membuat anggaran, dan menghindari jebakan promosi. Dengan cara ini, perayaan tetap meriah tanpa mengorbankan kestabilan keuangan. Hari besar seharusnya dirayakan dengan kebahagiaan, bukan beban pengeluaran yang berlebihan.
Faktor Psikologis: Mengapa Orang Berbelanja Lebih Banyak?
- Euforia dan Kebahagiaan Hari besar seperti Lebaran, Natal, atau Tahun Baru membawa suasana bahagia, yang mendorong orang ingin membeli sesuatu untuk merayakannya.
- Fear of Missing Out (FOMO)Â Banyak orang takut ketinggalan diskon atau promo besar, jadi mereka cenderung membeli lebih dari yang dibutuhkan.
- Tradisi dan Kebiasaan Di banyak keluarga, berbelanja sebelum hari besar sudah menjadi tradisi, misalnya membeli pakaian baru untuk Lebaran atau hadiah untuk Natal.
Dampak Ekonomi: Positif dan Negatif
 Dampak Positif:
*Meningkatkan ekonomi dan pendapatan pedagang Penjualan naik, terutama di sektor pakaian, makanan, dan elektronik.
*Banyak promo dan diskon Konsumen bisa mendapatkan barang dengan harga lebih murah.
Dampak Negatif:
*Konsumtif dan boros Banyak orang belanja bukan karena butuh, tapi karena tergoda diskon.