Baterai litium dan litium-ion telah digembar-gemborkan sebagai penyelamat lingkungan, memungkinkan kita mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang mengandung banyak karbon dan beralih ke kendaraan listrik dan teknologi lain yang lebih ramah lingkungan. Terdengar menguntungkan memang, namun apakah Anda mengetahui dampak lain yang ditimbulkan baterai litium, khususnya pada lingkungan?
APA ITU LITIUM?
Litium sendiri adalah suatu unsur kimia yang dalam tabel periodik memiliki lambang Li dengan nomor atom 3. Ini adalah logam alkali lunak berwarna putih keperakan. Di bawah kondisi standar, litium merupakan logam yang paling ringan sekaligus unsur padat yang paling ringan. Seperti halnya logam alkali lain, litium sangat reaktif dan mudah terbakar, serta disimpan dalam minyak mineral.
MENGAPA LITIUM DIANGGAP BERBAHAYA BAGI LINGKUNGAN?
Salah satu alasan utama baterai berbahan dasar litium dianggap berbahaya adalah karena ekstraksi litium sangat merusak lingkungan. Setidaknya ada dua metode utama yang digunakan dalam ekstraksi litium secara komersial, yaitu metode salt flat brines dan metode open-pit mining. Metode salt flat brines dilakukan dengan memompa air asin yang berada di bawah tanah menuju permukaan dan disimpan dalam kolam penguapan. Dalam kolam tersebut, nantinya akan terjadi proses penguapan air asin tersebut sehingga yang tersisa adalah litium yang terkandung di dalam air asin tersebut. Sedangkan, metode open-pit mining dilakukan dengan memanaskan dan dilanjutkan dengan menghancurkan biji-biji mineral yang di dalamnya terkandung litium. Tentunya segala proses ekstraksi tersebut menimbulkan berbagai dampak bagi lingkungan, mulai dari degredasi tanah, kelangkaan air, hilangnya keanekaragaman hayati, kerusakan ekosistem, dan pelepasan emisi karbon.
CHITOSAN BATTERYÂ
Tentunya untuk menanggulangi hal tersebut, telah banyak dilakukan riset mengenai unsur-unsur atau senyawa-senyawa lain yang mampu menggantikan peran litium sebagai bahan baku baterai, salah satunya adalah kitosan. Kitosan adalah produk deasetilasi kitin yang merupakan polimer rantai panjang glukosamin. Kitosan berbentuk serpihan putih kekuningan, tidak berbau, dan tidak berasa. Kitosan tidak larut dalam air, namun larut dalam pelarut-pelarut non-organik.
Salah satu penyebab utama, kitosan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan litium adalah cara memperoleh dan ekstraksi dari kitosan. Pada umumnya kitosan berasal dari limbah hasil industri perikanan, seperti udang, kepiting, dan rajungan. Kitosan tersebut berasal dari bagian kepala, kulit, ataupun karapas. Sedangkan, pada proses ekstraksi kitosan sendiri, tidak melibatkan bahan kimia yang bersifat toxic bagi lingkungan dan bagi makhluk hidup lainnya.
Namun tentu saja, sebagai alternatif yang baru saja ditemukan, kitosan memiliki banyak kekurangan jika dibandingkan dengan litium. Kekurangan terbesar dari kitosan terletak pada konduktivitas ion nya yang rendah sehingga menyebabkan daya penyimpanan energi yang terbatas.
Solusi yang mungkin bisa ditawarkan dari permasalahan tersebut adalah dengan men-dopping kitosan dengan senyawa atau unsur lain yang memiliki konduktivitas tinggi supaya baterai kitosan memiliki daya penyimpanan energi yang lebih besar.
REFERENSI
https://greenly.earth/en-us/blog/ecology-news/the-harmful-effects-of-our-lithium-batteries
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H