Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bertanam Ide dan Kekuatan Berkumpul

23 Oktober 2020   22:13 Diperbarui: 29 Oktober 2020   22:29 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memberi sayuran pupuk di sore hari (Foto dari Whatsapp Legi Chandra)

Bertanam di Suatu Sore

Di sore itu beberapa orang anak muda menanam sayuran, buah-buahan dan yang lain bernyanyi karaoke di pondok kayu. Sayuran hidroponik yang ditanam yaitu daun bawang, mentimun, sawi, salada, cabe dan tomat.

Sedangkan buah-buahan yang ditanam yaitu rambutan, jambu mutiara, kelengkeng, mangga, dan belimbing.  

Anak-anak muda itu mencoba merawat apa yang ditanam dengan menyiram, memberi pupuk dan mencabuti rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman.

Anak-anak muda itu melakukan dengan senang dan gembira bahkan di suatu sore senam bersama-sama di depan tanaman. Orang-orang yang melihat tentu heran dan bertanya dalam hati "Ngapain senam di depan tanaman?"

Bukankah, sesuatu yang dilakukan dengan dengan senang, gembira, dalam kehangatan cinta maka biasanya balasan serupa yang diterima. Mungkin, orang-orang yang heran dan bertanya tersebut melupakan hal itu, mungkin, kan?

Akankah anak-anak muda itu menikmati hasil sayuran dan buah-buahan yang ditanam? Sayuran, mungkin kan dinikmati sebab panen dalam hitungan bulan tapi buah-buahan belum tentu karena untuk berbuah memakan waktu sekian tahun.

Apakah anak-anak muda tersebut menyadari hal itu? Saya tidak tahu. Tapi paling tidak dengan menanam sayuran dan buah-buahan mereka mengerti bahwa "untuk menikmati hasil yang bagus butuh proses" dan "usaha tak kan khianati hasil" atau "biarkan indah pada waktunya usai lalui jalan berliku dan terjal."

Pun, anak-anak muda yang bertanam sayuran dan buah-buahan itu menikmati hasil panen bukan untuk diri sendiri saja tapi juga untuk dinikmati orang lain dan orang-orang sesudah mereka.

Ingatkan, kisah seorang kakek yang menanam sebatang pohon kemudian ditanya orang lain "Untuk apa menanam sebatang pohon ini yang tidak akan kakek nikmati hasilnya?" Si kakek menjawab "Saya menanam bukan untuk diri sendiri, tapi untuk generasi mendatang."

Pondok Kayu, tempat bertanam ide dengan berkumpul (Dokpri)
Pondok Kayu, tempat bertanam ide dengan berkumpul (Dokpri)

Kekuatan Ide dan Berkumpul

Sebuah ide dapat muncul kapan dan dimana saja bahkan di tempat jorok sekalipun. Bisa di kamar mandi ketika buang air besar, bisa di atas kasur ketika sedang rebahan, bisa ketika main handphone sambil baca tulisan di facebook, instagram atau pesan di whatsapp.

Ide yang masih abstrak dan samar-samar dalam pikiran mulai tampak wujudnya ketika dibicarakan dengan orang lain sebab ada respon berupa saran atau kritik.

Dan ketika dibicarakan dengan orang lain terjadi perkumpulan atau orang-orang berkumpul yang melibatkan orang lain, bisa dua orang, tiga orang atau lebih.

Ketika berkumpul inilah ide yang masih abstrak dan samar akan menjadi nyata dan mudah dieksekusi karena semakin banyak kepala, semakin banyak ide dan dilakukan secara bersama-sama.

Ide merupakan rancangan yang tersusun di dalam pikiran dan menjadi pintu gerbang untuk melakukan suatu tindakan sedangkan berkumpul bersama-sama bertujuan menjadi satu kesatuan atau kelompok yang tidak terpisah-pisah yang diharapkan lahir suatu aksi atau gerakan kebaikan nan bermanfaat.

Bilamana kekuatan ide digabung dengan kekuatan berkumpul dan menjadi sebuah aksi atau gerakan kebaikan nan bermanfaat maka mampu menggentarkan sebagian orang-orang yang meremehkan kekuatan ide dan kekuatan berkumpul.

Itu kan terjadi apabila ketika berkumpul itu tidak ada yang merasa  paling hebat, merasa tinggi dan ingin dihormati karena jabatan yang dipegang, saling menghargai pendapat yang dikemukan orang lain dan ada "hasil" dari berkumpul itu.

Pun, ada petitih Minangkabau yang mengingatkan ketika berkumpul "Duduak samo randah, tagak samo tinggi."

JR
Curup
23 Oktober 2020

[12 Tahun untuk Kompasiana.com]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun