Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buku Nyaris Mati: Refleksi Memperingati Hari Buku Sedunia 23 April 1995-23 April 2020

29 April 2020   10:54 Diperbarui: 29 April 2020   10:57 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by shutterstock

Ketiga. Indeks minat baca di Indonesia masih sangat rendah. Menurut data UNESCO bertahun 2012, indeks Indonesia 0,001. Ini berarti hanya ada satu dari setiap 1.000 penduduk yang memiliki minat baca. Bahkan dalam World's Most Literate Nations tahun 2016, Indonesia hanya satu tingkat di atas Botswana, urutan ke-60 dari 61 negara yang disurvei.

Apa yang ingin disampaikan oleh tulisan Agnes Aristiarini adalah jika minat baca rendah maka mempengaruhi daya nalar bangsa, ditengah serbuan informasi era digital. Akibatnya, hoaks, kampanye hitam, dan berbagai kabar menyesatkan lainnya dengan mudah dipercaya bahkan ditelan bulat-bulat sebelum tuntas dibaca.

Ketiga. Di grup WhatsApp yang saya ikuti ada seorang teman bernama Jack The Ripper membagikan sketsa tulisannya berjudul "Buku Nyaris Mati."

"Buku Nyaris Mati"

Entah siapa yang memulai! Tanggal ini disepakati sebagai hari buku. Aku tidak...!
kronologis adanya buku; bermula dari kumpulan halaman kertas, memuat tulisan atau gambar untuk memperkuat tulisan.
Tulisan itu, berbentuk sejumlah paragraf. Dari susunan kalimat. dan kalimat diurut berdasarkan dua atau lebih kata dari deretan huruf vokal/konsonan yang bermakna...!
Akh...! Terlalu lelah menyusuri adanya buku! Kecuali jika anda pembaca apa  saja...!
Maka muncul kausalitas buku; 
Ditulis - dibaca
atau
Dibaca - ditulis
Sialnya; kredo baca-tulis-baca atau tulis-baca-tulis!
Bertumpu beban pada kalangan akademis. Waladalah-nya, itu semakin berkurang.
Perkembangan era digitalisasi; pelan-pelan menjadi musuh dalam sekam! Tak hanya lumpuhnya tradisi akademis untuk membaca dan menulis, juga lunglainya fungsi dan eksistensi sebuah buku.
Akh..! Akhirnya buku akan menjadi perkamen di era milenial...!"

Illustrated by Pixabay.com
Illustrated by Pixabay.com
Tumbuhkan Minat Baca Buku

Lalu apa yang harus kita lakukan. Akankah berdiam diri lalu mengutuk dan menimpakan kesalahan pada era digital. Naif.

Hidupkan kembali budaya baca dari diri sendiri atau dari usia anak-anak. Yang dilakukan oleh Sekolah Global Jaya di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, dapatlah dijadikan contoh. Sejak Taman Kanak-kanak (TK), bahkan sebelum anak-anak dapat membaca, guru selalu menyisipkan sebuah buku untuk dibaca bersama orangtua.

Buku yang diberikan tidak hanya berselang-seling, tetapi tingkat kesulitannya juga disesuaikan dengan kemampuan baca masing-masing anak. Ada buku belajar membaca, mengenali lingkungan, dan cerita-cerita fiksi dan sastra yang imajinatif.

Agar ia terhubung dengan orangtua maka di di rumah orangtua juga berperan aktif dengan membaca koran, majalah dan buku setiap hari supaya anak melihat dan meniru contoh nyata di sekitarnya, juga bisa mengajak anak ke toko buku di kala waktu senggang atau libur, mengajak anak ke perpustakaan dan komunitas rumah baca.

Taman Bacaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun