Mohon tunggu...
Fajrial Rizqi Amanda
Fajrial Rizqi Amanda Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta Penerima Beasiswa 1000 Da'i Bamuis BNI

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Iman dan Ramadhan

31 Maret 2025   00:02 Diperbarui: 31 Maret 2025   00:02 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ramadhan adalah bulan penuh berkah yang selalu dinanti oleh setiap Muslim. Selama satu bulan penuh, umat Islam menjalankan ibadah puasa, memperbanyak amal kebaikan, serta mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai ibadah seperti shalat tarawih, membaca Al-Qur'an, dan bersedekah. Namun, sebagaimana waktu yang terus berjalan, Ramadhan pun pada akhirnya akan berlalu. Kepergiannya selalu meninggalkan rasa haru dan kesedihan bagi mereka yang benar-benar merasakan keindahan ibadah di dalamnya.

Iman seseorang sering kali mengalami peningkatan saat berada di bulan Ramadhan. Hal ini karena atmosfer Ramadhan yang begitu kondusif untuk memperbanyak ibadah dan menahan hawa nafsu. Godaan-godaan duniawi terasa lebih ringan, dan semangat dalam beribadah lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya. Namun, ujian sesungguhnya adalah bagaimana mempertahankan keimanan tersebut setelah Ramadhan berakhir.

Perginya Ramadhan bukan berarti semangat ibadah juga harus ikut pergi. Justru, Ramadhan seharusnya menjadi titik awal untuk membangun kebiasaan yang lebih baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Jika selama Ramadhan kita mampu bangun malam untuk shalat tahajud, membaca Al-Qur'an setiap hari, serta menjaga lisan dan perbuatan, maka seharusnya setelah Ramadhan pun kita tetap bisa melanjutkannya. Iman yang sejati adalah ketika kita mampu istiqamah dalam kebaikan, meskipun tanpa adanya suasana khusus seperti di bulan Ramadhan.

Selain itu, pergantian bulan dari Ramadhan ke Syawal seharusnya mengajarkan kita bahwa ibadah tidak terbatas pada momen tertentu. Allah tetap ada di setiap waktu dan tempat, sehingga beribadah kepada-Nya tidak boleh bergantung pada suasana atau lingkungan semata. Justru, setelah Ramadhan kita diuji apakah keimanan yang telah kita bangun selama sebulan penuh bisa tetap bertahan atau justru melemah.

Kepergian Ramadhan juga memberikan pelajaran tentang kefanaan dunia. Waktu terus berjalan, dan setiap tahun Ramadhan datang dan pergi tanpa bisa kita tahan. Begitu pula dengan kehidupan manusia. Tidak ada yang kekal di dunia ini, kecuali amal ibadah yang akan menjadi bekal di akhirat kelak. Oleh karena itu, perginya Ramadhan harus menjadi pengingat bagi kita untuk terus memperbaiki diri dan memperbanyak bekal akhirat sebelum ajal menjemput.

Sebagai Muslim, kita tidak boleh berpuas diri hanya dengan beribadah selama Ramadhan saja. Justru, kita harus menjadikan Ramadhan sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas iman dan ibadah di bulan-bulan berikutnya. Salah satu cara untuk mempertahankan keimanan setelah Ramadhan adalah dengan terus berusaha berada di lingkungan yang baik, memperbanyak majelis ilmu, serta menjadikan ibadah sebagai bagian dari kebiasaan harian.

Akhirnya, meskipun Ramadhan telah pergi, semangatnya harus tetap hidup dalam hati kita. Jadikan Ramadhan sebagai titik awal perubahan, bukan sekadar momen sesaat. Jika kita benar-benar memahami makna Ramadhan, maka kita akan terus merindukan dan mempersiapkan diri untuk menyambutnya kembali di tahun yang akan datang, dengan harapan bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat dengan Allah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun