Mohon tunggu...
Fajri Yanuar
Fajri Yanuar Mohon Tunggu... Penulis

berVakansi dan berVespa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Melihat Langkah Tegas BGN Usai Adanya Kasus Keracunan MBG

26 September 2025   12:15 Diperbarui: 26 September 2025   12:15 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Kepala Badan Gizi Nasional Nanik S Deyang mengatakan siswa yang diduga keracunan MBG sudah kembali sekolah

Kasus keracunan massal dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) jelas menjadi tamparan keras bagi pemerintah, khususnya Badan Gizi Nasional (BGN). Ratusan orang yang seharusnya mendapat manfaat dari program ini justru harus menanggung risiko kesehatan. Wajar saja jika kemudian publik mempertanyakan bagaimana standar keamanan makanan bisa sampai kecolongan.

Namun, belakangan BGN mulai menunjukkan langkah tegas. Ada beberapa kebijakan baru yang patut diapresiasi. Pertama, soal sertifikasi dapur dan chef. Setiap dapur mitra program MBG kini diwajibkan punya standar higienis yang jelas: lantai harus dilapisi epoxy, meja dari stainless steel, ada ruang pendingin, hingga freezer berkapasitas besar. Tidak hanya itu, semua juru masak juga wajib bersertifikat, bahkan yayasan penyelenggara harus menyediakan chef pendamping. Ini penting, karena dapur adalah jantung dari program MBG---kalau standar kebersihannya buruk, maka hasilnya bisa berbahaya bagi masyarakat.

Kedua, BGN memperketat verifikasi mitra dapur (SPPG). Proses ini dilakukan secara independen tanpa titipan siapa pun. Bahkan, demi menghindari tekanan, lokasi verifikasi sengaja dibuat berpindah-pindah, misalnya di hotel yang berbeda. Kalau ada dapur yang tidak sesuai dengan juknis, langsung ditutup tanpa kompromi. Langkah ini memang harus dilakukan bila BGN ingin mengembalikan kepercayaan publik.

Ketiga, pembentukan tim investigasi gabungan. Tidak cukup hanya dengan tim internal, BGN melibatkan kepolisian, BPOM, dan Dinas Kesehatan. Bahkan ada rencana membentuk tim independen yang diisi berbagai unsur masyarakat, mulai dari ahli kimia, relawan, hingga ibu rumah tangga. Transparansi seperti ini seharusnya memang jadi standar, agar masyarakat tidak merasa ada yang ditutupi.

Dari semua langkah ini, kita bisa melihat bahwa BGN mulai sadar betapa krusialnya menjaga kualitas program MBG. Tapi perlu diingat, kebijakan di atas bukan sekadar aturan di atas kertas. Pelaksanaan di lapanganlah yang akan menentukan apakah program MBG bisa kembali dipercaya atau tidak. Jangan sampai kasus keracunan terulang hanya karena pengawasan longgar atau kompromi pada pihak-pihak tertentu.

Program MBG sejatinya punya tujuan mulia: memastikan anak bangsa mendapat gizi yang cukup. Namun, tujuan itu akan sirna bila kualitas dan keamanan makanan tidak dijaga. Karena itu, langkah tegas BGN harus terus dikawal. Kita semua tentu berharap, dari krisis ini, lahir sistem distribusi makanan yang lebih aman, transparan, dan profesional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun