Mohon tunggu...
Fajar Wicaksono
Fajar Wicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Mercu Buana

Fajar Wicaksono (43122020002), Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak Etika dan Hukum Bisnis Universitas Mercu Buana, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teodisi

17 Juni 2023   22:51 Diperbarui: 17 Juni 2023   23:21 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://static.wikia.nocookie.net/whitewolf/images/d/d2/Gottfried_Leibniz.png/revision/latest?cb=20200101174646 

Teodisi

Kata "teodisi" berasal dari Bahasa Yunani yaitu "Theos" dan "Dike", yang masing masing berarti "Tuhan" dan "Keadilan". Istilah ini berkaitan dengan sifat Tuhan yang penuh dengan Kebajikan, Kemahatahuan dan Kemahakuasaan terhadap segala mahkluk ciptaan-Nya.

Teodisi merupakan pandangan filosofis untuk menjawab alasan Tuhan yang Mahabaik mengizinkan adanya Tindakan kejahatan di dunia, sehingga mampu menyelesaikan isu dari masalah kejahatan. Bebrapa ilmu teodisi juga membahas masalah pembuktian kejatahan dengan mencoba untuk "menyelaraskan keberadaan Tuhan yang Mahapengampun, Mahakuasa dengan keberadaan kejahatan atau penderitaan di dunia."

Istilah "teodisi" pertama kali dikemukan oleh filsuf yang berasal Jerman, bernama Gottfried Leibniz. Dia memperkenalkannya di dalam buku yang berjudul "Essais sur la Theodicee Bonte de Dieu, la Liberte de I'homme et I'origine du mal" atau yang diterjemahkan menjadi "Teodisi: Esai tenteng Kebaikan Tuhan, Kebebasan Manusia dan Keaslian Sifat Setan". Dalam karya yang dibuat oleh Gottfried Leibniz ini, beliau menjelaskan bahwa kebaikan Tuhan tidak bertentangan dengan kenyataan adanya beragam jenis kejahatan di dunia. Kejahatan tetaplah ada, dan dunia akan tetap ditinggali karena adanya keindahan dan kesenangan.

Gottfried Leibniz sendiri memperkenalkan istilah "Teodisi" ini pada tahun 1710 Masehi melalui bukunya. Tujuan beliau menulis buku dan memberikan konsep mengenai "Teodisi" ini ialah untuk pembelaan atas kemahakuasaan dan kemahabaikan Allah melebihi penderitaan. Ia pun memberikan konsep yang jelas, dengan membaginya menjadi 2(dua) bagian, yaitu Allah dan Manusia. Dan membagi 3 bagian kodrat Allah menjadi rasional, kehendak dan mahakuasa. Kodrat kehendak dikaitkan dengan tujuan Allah di setiap perbuatan-Nya dengan tujuan kebaikan. Sedangkan, kodrat mahakuasa dikaitkan dengan kemampuan Allah untuk menjadikan sesuatu menjadi ada.

Teodisi Dalam Peradapan Islam

Dalam peradapan Islam, Teodisi berkaitan dengan Keadilan Tuhan. Menurut aliran Asy'ariyah menyakini bahwa keadilan dalam eksistensi Tuhan bukan sesuatu yang harus dipercayai, karena keadilan berusaha membatasi setiap kehendak-Nya, yang berakibat Tuhan senantiasa diatur oleh paradigma mahkluk yang memandang bahwa kadilan berlaku bagi Sebab Utama. Aliran Asy'ariyah mempertegas bahwa keadilan bukan standar untuk menilai Tindakan dan kehendak Tuhan, melainkan setiap Tindakan/perbuatan dan kehendak-Nya merupakan keadilan dan bermakna baik di kenyataannya.

Sedangkan, dalam aliran Mutazilah bahwa setiap perbuatan baik dan buruknya tidak dapat dinisbah kepada Tuhan, melainkan sebaliknya manusia sebagai mahkluk-Nya memiliki kreativitas untuk bertindak dan berbuat secara bebas. Artinya, permasalahan baik dan buruk merupakan perbuatan manusia yang tidak berkaitan dengan Tuhan.

Pandangan Mutazilah sangat berlawanan dengan pandangan Asy'ariah yang menempatkan tauhid af'ali atau perbuatan bagi Tuhan merupakan sesuatu yang baik.

Wabah Covid-19 Dalam Analisi Teodisi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun