Mohon tunggu...
FAJAR HIDAYAT
FAJAR HIDAYAT Mohon Tunggu... Novelis - Penikmat Kopi dan Obrolan Bermakna

Menikmati hidup dengan segelas kopi dan berbagi cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Jelang Pilpres Jangan Sampai Terjebak "Drama Politik", Ketahui Cara Menilai Survei Elektabilitas yang Valid

17 September 2021   15:03 Diperbarui: 17 September 2021   15:05 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: pexels.com

Menuju Pilpres 2024, berbagai lembaga survei berlomba-lomba menyusun survei elektabilitas. Nama-nama calon presiden bermunculan, memicu opini publik. Namun, bagaimana mengukur validitas hasil survei elektabilitas ini?

Untuk mengetahuinya, masyarakat perlu memahami mana hasil survei yang valid dan mana yang masih dipertanyakan hasilnya. Menurut Wildan Hakim, Dosen Political Public Relations di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia, survei elektabilitas patut dipertanyakan validitasnya ketika lembaganya tidak dikenal.

"Pemeriksaan paling mudah ialah dengan mempertanyakan, apakah lembaga survei tersebut terdaftar ke dalam Persepi (Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia)," kata Wildan dalam wawancara pada Senin (13/9/2021).

Seluruh lembaga survei yang dinilai kredibel, lanjut dia, tergabung dalam wadah bernama Persepi ini. Data terakhir menyebutkan, ada 38 lembaga survei yang terverifikasi dan tergabung dalam Persepi. 

"Jadi, untuk menilai kredibilitas sebuah lembaga survei, indikator pertamanya bisa dengan melihat apakah lembaga survei tersebut tergabung dalam Persepi atau tidak," tuturnya.

Wildan mengungkapkan, belum semua lembaga survei terdaftar ke dalam Persepi. Ketidakjelasan lembaga survei ini bisa juga dilihat nama lembaga yang seketika muncul, namun tidak memiliki laman versi yang bisa dijadikan sarana untuk memeriksa keberadaannya.

Selain itu, indikasi lain untuk menilai validitas hasil survei adalah ketika survei yang disajikan punya selisih hasil yang sangat jauh dari survei sejenis yang dilakukan oleh lembaga lain.

"Ilustrasinya begini, ada tiga lembaga survei yang menyatakan tokoh Y memiliki elektabilitas di angka 2,8%, 2,5%, dan 3%. Namun ada sebuah lembaga survei yang menyatakan bahwa elektabilitas tokoh Y berada di angka 5%," Wildan mencontohkan.

Meski demikian, patut diakui saat ini survei elektabilitas memang masih menjadi salah satu cara untuk menghitung peluang kemenangan seorang tokoh politik dalam sebuah kontestasi.

Dia menjelaskan, sebelum kontestasi berlangsung pada hari yang telah ditetapkan, seluruh tim pemenangan membutuhkan gambaran awal tentang peluang kemenangan serta tingkat kesukaan publik pemilih maupun tingkat keterpilihannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun