Kehadiran para buzzer di media sosial bak pisau bermata dua. Pada sisi yang pertama, kehadiran para buzzer menjadi penyeimbang informasi yang benar ketika media mainstream alpa menyajikannya. Di sisi lain, para buzzer hoaks sungguh mengganggu ketentraman publik karena mendistorsi informasi dan kebenaran. Buzzer hoax inilah yang harus ditindak tegas  oleh aparat karena menjadi tuman bagi demokrasi.
Pasca serangan dengan "pisau naruto" oleh dua orang terduga teroris terhadap Wiranto, ajudannya, dan salah seorang polisi, beredar di jagad maya terutama twitter, cuitan-cuitan para buzzer framming dan hoax. Alih-alih menunjukkan keprihatinan, malah mereka tidak segan-segan dan tanpa malu, menuding bahwa peristiwa teror yang dialami Wiranto hanyalah settingan yang kemudian didukung oleh pembeberan beberapa data hoax yang seolah mendukung opini sesat ini.Â
Salah satunya yang terekam dan viral adalah tudingan bahwa foto wajah kedua pelaku  adalah menantu Wiranto dan anaknya. Sadis! Sebuah upaya penyesatan kepada publik yang dilakukan secara masif dan sistematis. Mereka berusaha untuk meretwit dan mem-blow up gambar-gambar editan dan hoax tersebut agar menjadi trending topic.
radikalisme, khilafah, dan HTI selalu mereka lawan dengan framming dan hoax di di twiter dan facebook. Yang penting bagi mereka bukanlah fakta dan kebenaran tetapi asal counter terhadap narasi pemerintah dan narasi media mainstream. Benar salah urusan belakangan: yang penting kicau dan viralkan!
Fenomena ini menunjukkan bahwa kelompok radikal tidak hanya bergerak di darat melakukan aksi teror, tetapi juga melakukan aksinya melalui buzzer-buzzer medsos. Apapun narasi pemerintah tentang kejadian terkait wiranto, isu
Inilah yang saya sebut 'tuman bagi demokrasi'. Terhadap para 'buzzer tuman' ini, semua warga negara yang masih memiliki nurani sebaiknya tidak boleh tinggal diam. Mengapa?Â
Jika anda diam, maka anda menyetujui mereka mempengaruhi opini publik membenci upaya-upaya bersama dalam memerangi radikalisme yang mengancam kesatuan dan keutuhan NKRI.
Mari bergandengan tangan lawan para 'buzzer tuman' agar demokrasi kita tetap sehat.