Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Cara Orang Bajawa Menangkap dan Menabung Air Hujan untuk Musim Kemarau

25 Agustus 2019   21:51 Diperbarui: 4 September 2019   15:13 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Krisis air bersih bukan hanya dialami masyarakat Indonesia di perkotaan, tetapi sejak lama menjadi persoalan masyarakat pedesaan di beberapa tempat di Propinsi Nusa Tenggara Timur. 

Masyarakat desa di Kabupaten Ngada, NTT selalu mengalami kesulitan air bersih pada musim kemarau karena rendahnya curah hujan di beberapa wilayah.

Untuk mengatasi kesulitan air bersih, kebanyakan masyarakat pedesaan di Bajawa, Ngada, NTT mengintegrasikan rumah kediaman mereka dengan bak penampungan air hujan.

Bak penampungan air hujan umumnya dibuat secara permanen dengan ukuran yang cukup besar, berbentuk bulat atau persegi empat, di atas permukaan tanah. Jalur vulkanik menjadi pertimbangan utama mengapa bak penampungan air tidak dibuat dibawah tanah agar mudah diketahui keretakkannya ketika diguncang gempa, sehingga kebocorannya mudah dipantau dan diperbaiki.

Bak penampungan air hujan ini didirikan di salah satu titik di sekitar rumah dan dibuat lebih rendah dari cucuran atap. 

Darimana air hujan ditampung? Keluarga yang memiliki bak penampungan air hujan selalu memanfaatkan atap rumah sebagai media untuk menangkap air hujan. Di sekeliling cucuran atap rumah dipasang seng plat yang dibentuk menyerupai parit atau bambu dan paralon yang dibelah dan diletakkan di bawah cucuran atap, sehingga air hujan yang jatuh ke atap tidak pernah dibiarkan mengalir ke parit melainkan disalurkan langsung menuju bak penampungan air.

Dasar bak air juga dilapisi dengan kerikil dan ijuk enau yang menurut mereka bisa menyaring air hujan yang telah bercampur debu atap semasa musim kemarau panjang.

Selain itu, ujung saluran air yang berasal dari atap, dilapisi juga dengan ijuk enau sebagai filter alami pertama sebelum air hujan tercurah ke dalam bak penampungan.

Dengan konsep bak penampungan air hujan ini, masyarakat Bajawa, NTT belajar mengatasi kesulitan air di musim kemarau dengan memanfaatkan berlimpahnya air pada musim penghujan yang hanya 4-6 bulan dalam setahun.

Air hujan yang ditampung dan disaring secara alami inilah yang digunakan untuk aneka keperluan hidup keluarga, baik untuk manusia maupun untuk hewan ternak peliharaan mereka.

Terkadang bak penampungan air hujan ini tidak selalu cukup memenuhi keperluan air bersih keluarga dalam setahun.  Sehingga pada puncak musim kemarau, masyarakat memanfaatkan bak untuk menampung air yang dibeli dari para pemilik truk dengan tanki khusus untuk air bersih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun