Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pangkat Kopral Gaji Jendral Menghilangkan Netralitas Aparat Keamanan

15 Desember 2011   19:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:12 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sahabat saya seorang polisi berpangkat rendah. Baru beberapa tahun menjadi polisi sudah memiliki motor Tiger dan sebuah rumah bagus. Suatu ketika saya penasaran dan bertanya: "kamu kog cepat jadi borjuis? Baru beberapa tahun jadi petugas keamanan langsung memiliki segalanya yang diimpikan kaum bujangan kelas bawah. Dari mana semuanya itu?" Dengan enteng sang sahabat menjawab: "biar pangkat kopral asal gaji jendral, bro." "Maksud lo?" "Ya iyalah, kalau harapkan gaji bulanan, mana cukup untuk beli motor baru dan rumah baru secara tunai?" "Ooooooo," sahutku.

Biar Pangkat Kopral, Asal Gaji Jendral

Celetukan sahabat di atas sungguh sangat mengejutkan. Pangkat boleh kopral, tetapi gaji jendral! Lalu bagaimana caranya agar penghasilan menyamai gaji seorang jendral? Kerja paruh waktu, di luar jam dinas: menjadi penjamin keamanan, baik resmi maupun tidak resmi dari para pelaku usaha hiburan, perkebunan, dan pertambangan. Apakah hal ini menjadi fenomena umum? Tidak ada data yang pasti untuk mendukung opini ini. Namun kenyataanya, ada juga aparat keamanan menjadi backing para pelaku usaha sehingga sulit bersikap netral, ketika terjadi konflik antara pelaku usaha dengan rakyat jelata yang menuntut hak-hak mereka. Faktor penyebab aparat mencari song tambahan selalu dikaitkan dengan gaji yang rendah dan pola hidup yang tidak bisa disokong gaji yang ada. Karena itu, muncul juga istilah pembedaan antara "lahan basah dan lahan kering" ketika terjadi mutasi atau penempatan tugas. Lahan basah diidentikan dengan tempat di mana paling mudah untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Sedangkan "lahan kering" merupakan tempat udik tanpa celah bagi kemungkinan mendapatkan penghasilan tambahan. Tidak mengherankan bila ada aparat yang berperilaku munafik ketika bertugas di "lahan-lahan basah": ke kantor mengenakan motor/mobil dinas butut, di luar jam kantor mengendarai mobil dan sepeda motor  bagus (mewah). Untuk apa? Aksi kamuflase, biar dilihat miskin karena makan dari gaji saja.

Pelayan Masyarakat Menjadi Pelayan Uang

Uang memang raja dunia. Tidak ada orang yang tidak memerlukan uang. Tetapi jika seorang aparat justru diperbudak oleh uang dan rela menjadi herder para pelaku usaha, maka hukum bisa dipercundangi demi melindungi kepentingan kaum pemodal. Karena pemodal lebih menjamin kesejahteraan ekonomi bagi aparat keamanan, maka neraca loyalitas  aparat keamanan akan doyong. Yah wajarlah, utang budi harus dibayar dengan loyalitas tanpa akal sehat. Siapa yang lebih menyejahterahkan, kepada merekalah bandul loyalitas bermuara.

Puaslah dengan Gaji yang Ada

Sebagaimana profesi lain, menjadi aparat keamanan itu panggilan hati untuk mengayomi dan menjamin rasa aman seluruh warga negara Indonesia tanpa pandang tebalnya kocek orang yang diayomi. Panggilan hati ini terkait dengan nurani yang teguh, motivasi yang mulia untuk membela negara terutama mereka yang dikalahkan dalam gerakan masif percaturan hidup ala Darwinian

"Meski hidup dari gaji saja, yang penting nurani masih bisa berbicara"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun