Mohon tunggu...
Fajar Auliaputra
Fajar Auliaputra Mohon Tunggu... Football Storyteller

Bercerita melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Bola

"Oh When The Blues Go Marching in" Lagu Sepak Bola Yang Lahir Dari Doa

27 Mei 2025   11:41 Diperbarui: 27 Mei 2025   11:41 1649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Tembela Bohle

Di sebuah stadion tua di Inggris, saat matahari mulai tenggelam di balik tribun, puluhan ribu suara menggema serempak. Suara itu bukan hanya nyanyian biasa, tapi seruan penuh semangat: "Oh when the Blues, go marching in..." Ribuan suporter Chelsea FC mengenakan warna kebanggaan mereka---biru---dan bersatu dalam satu suara, menciptakan atmosfer yang mengguncang hati bahkan sebelum peluit pertandingan ditiup.

Tapi tahukah kita, lagu yang terdengar seperti anthem sepak bola itu sesungguhnya berakar dari doa, dari spiritualitas, dari penderitaan dan harapan umat yang terpinggirkan?

Dari Jalanan New Orleans ke Tribun Stamford Bridge

Lagu ini sebenarnya bukan lagu sepak bola. Judul aslinya adalah "When the Saints Go Marching In", lagu spiritual Afrika-Amerika yang pertama kali terdengar di gereja-gereja kecil Louisiana, Amerika Serikat. Lagu ini lahir dari tradisi spiritual masyarakat kulit hitam yang memadukan musik dengan harapan akan kehidupan yang lebih baik di akhirat.

Dipopulerkan oleh musisi jazz legendaris Louis Armstrong pada tahun 1938, lagu ini perlahan merayap keluar dari gereja dan mulai bergema di jalanan New Orleans---kota dengan tradisi jazz yang kental. Ritmenya yang khas dan liriknya yang penuh harapan membuat lagu ini menjadi bagian dari parade pemakaman, perayaan, hingga akhirnya budaya populer dunia.

Namun siapa sangka, dari kota jazz itu, lagu ini akan bermigrasi ke sisi lain dunia---ke stadion-stadion Eropa, dan di sana mengalami transformasi.

Transformasi Menjadi Yel-Yel Suporter

Di Inggris, musik dan sepak bola memiliki hubungan yang kuat. Stadion bukan sekadar tempat pertandingan, melainkan ruang ekspresi budaya, politik, dan identitas. Fans klub seperti Chelsea FC, Birmingham City, dan Rangers FC di Skotlandia mulai mengadaptasi lagu ini. Kata "Saints" dalam liriknya diubah menjadi "Blues"---mewakili warna seragam dan julukan kebanggaan mereka.

Maka lahirlah versi sepak bola dari lagu ini: "Oh when the Blues go marching in..."

Lagu ini dinyanyikan sebelum laga dimulai, ketika klub menang, atau bahkan saat mereka butuh semangat tambahan. Tidak ada orkestra, tidak ada konduktor. Hanya suara kolektif yang menyatu---penuh keyakinan dan kesetiaan.

Identitas dan Simbol Kolektif

Yang membuat lagu ini istimewa bukan hanya melodinya, tapi fungsinya sebagai simbol kolektif. Di dunia yang sering terpecah oleh perbedaan, lagu ini menyatukan suporter dari berbagai latar belakang sosial. Seorang buruh, seorang pengusaha, seorang pelajar---semua bisa berdiri di tribun yang sama dan menyanyikan lagu yang sama.

Lagu ini menciptakan rasa memiliki. Bahwa mereka bukan hanya menonton tim yang bertanding, tapi menjadi bagian dari perjalanannya. Mereka ikut "marching in"---berbaris masuk ke medan laga, setia sampai peluit terakhir.

Ketika Lagu Menjadi Warisan Budaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun