Mohon tunggu...
Fajar Meihadi
Fajar Meihadi Mohon Tunggu... Dosen - اقرأ

Belajar melukis dengan kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Buku dan Muridku

28 Oktober 2022   08:20 Diperbarui: 28 Oktober 2022   08:34 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumen pribadi

Di tengah fakta yang menyesakkan dada, ada secercah cahaya yang berkilauan mempesona. Ya, itu tiada lain karena melihat mereka (baca: pemuda) membaca. Spirit mereka dalam membaca sungguh 'tak bisa dipercaya, karena nyaris setiap hari selama kegiatan belajar berlangsung selalu saja dari mereka menunjukkan geliat tubuh yang "menolak pintar". Bahkan sebagian dari mereka kerapkali memilih "bobo cantik" padahal guru sedang susah kepayang menyampaikan materi.

Mungkin jika terdapat ratusan pemuda diantara mereka yang bangun pagi untuk bergegas berangkat ke sekolah dengan mengenakan seragam yang rapi ---tak lupa disemprotkan parfum wangi, barangkali hanya segelintir orang yang sungguh-sungguh melangkahkan kakinya dengan niat untuk menerima curahan ilmu dari sang guru. Rutinitas di pagi hari itu yang menjadi ritual semata hanya sebatas "formalistik", 'tak ubahnya bibir yang dihiasi lipstik terlihat merah merona tapi seringkali melukai rasa. Tetapi saya harus menerima itu dengan lapang dada ---dan mungkin agak kecewa--- sebagai sebuah fakta.

Tetapi rasa kecewa itu segera tergantikan dengan binar kebahagiaan yang 'tak dapat disembunyikan disaat melihat mereka tengah "asyik" membaca bahkan mungkin dengan "khusyu", berdialog dengan kata, menjelajah setiap lembaran kertasnya, disaat kebanyakan orang di negeri ini kian memudar minat bacanya. Mungkin diantara mereka ada yang merasa resah dan gelisah karena dipaksa untuk "berdialektika", 'tak jarang harus menahan rasa ngantuk karena masih sebagai pemula, tapi yakinlah, sejatinya mereka sedang "menggores" makna.

Saya tentu bangga, melihat seusia mereka membaca, pasalnya hal demikian masih menjadi fenomena yang langka di "negeri tercinta", dan semoga "Ibu Pertiwi" tidak merasa "terluka"!. Hidup ini bukan sekedar mengukur jarak tetapi mengukir jejak cerita, cerita tentang generasi muda yang rela meredam "egonya" demi membaca. Semoga saja ---kedepannya--- budaya membaca ini 'tak lekang oleh masa, justru mereka malah semakin "GILA BACA", jika pemuda sudah tidak membaca hendak kemana arah tujuan bangsa akan dibawa?. Kita perlu meniru orang-orang yang benar-benar "gila dalam membaca", seperti Babington Macaulay, dia membaca sambil berjalan kaki ditengah keramaian kota London dan anehnya 'tak pernah menabrak atau tertabrak orang lain.

Lalu ada Thomas Hearne, yang rela tersesat karena ingin membaca sambil JJS (jalan-jalan sore). Ada juga Napoleon Bonaparte, ia sengaja membuat lemari buku di kereta kudanya, agar di sela-sela perang tetap bisa membaca. Berikutnya si petualang dari Inggris yang legendaris, ia adalah Lawrence, ia membaca buku tanpa lelah di atas punggung onta sembari keliling daratan gurun pasir Arabia. Ada juga si pembuat ensiklopedia, Pliny namanya, ia sering berkeliling Roma dalam kereta tertutup agar kegiatan membacanya 'tak terganggu.

Mereka sungguh "gila baca", tapi lebih jauh sejujurnya mereka sedang mengimplementasikan nilai luhur ajaran agama, yaitu iqra. Ayat pertama yang diturunkan dan nyaris terabaikan ---jika tidak ingin disebut terlupakan--- dalam penghayatannya. Padahal tidak ada peradaban besar tanpa penghayatan mendalam terhadap nilai luhur itu. Jika kemajuan peradaban adalah gembok, maka ilmu adalah kuncinya, dan untuk mendapatkan kunci itu jalannya dengan membaca.

Fakta sejarah mencatat secara apik bagimana Daulah Abbasiyah mampu menciptakan "golden age", salah satu faktor penentunya kecintaan pada buku dan ilmu. Jangankan sebuah peradaban, untuk hal yang lebih kecil saja, nyaris tidak ada tokoh besar tanpa kegemaran membaca.  Gairah membaca ini harus selalu ditularkan kepada setiap insan muda dan dilestarikannya sampai kemudian menua.

Murid-muridku jangan pernah bosan dengan bacaan, tetap teguh pendirian, meniti jalan kesunyian, tegar tanpa goyah jika sewaktu-waktu diterpa kebosanan, keistiqomahan membacamu akan bernilai penuh makna dikemudian. Gemarlah membaca karena dunia tak lagi purba. Ingat, lekukan indah sebuah garis tidak dapat ditentukan oleh satu titik, karena tidak ada garis untuk memulainya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun