Mohon tunggu...
Faizal Khoirul
Faizal Khoirul Mohon Tunggu... Mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Gereja Blenduk di Kota Semarang

4 Oktober 2025   23:50 Diperbarui: 4 Oktober 2025   23:03 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gereja Blenduk adalah salah satu ikon bersejarah di kawasan Kota Lama Semarang yang dibangun pada tahun 1753 oleh masyarakat Belanda. Nama "Blenduk" berasal dari bentuk kubahnya yang bulat dan menonjol, menjadi ciri khas arsitektur gereja ini. Bangunan gereja ini memiliki desain oktagonal (segi delapan) yang unik dengan ruang utama di tengah, mencerminkan gaya arsitektur kolonial Eropa yang memadukan fungsi dan estetika.

Gereja ini merupakan salah satu gereja Kristen tertua di Jawa Tengah dan menjadi saksi sejarah perkembangan kota Semarang sejak masa kolonial. Selain sebagai tempat ibadah, Gereja Blenduk juga berperan sebagai simbol toleransi dan keberagaman di kota ini. Lokasinya yang berada di tengah kawasan Kota Lama, dikelilingi oleh bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda, menambah nilai historis dan estetika kawasan tersebut.

Secara arsitektur, gereja ini menonjolkan keindahan dan keunikan dengan kubah besar yang menjadi pusat perhatian, serta ornamen-ornamen klasik yang masih terjaga dengan baik. Gereja Blenduk juga sering menjadi daya tarik wisatawan yang ingin mengenal sejarah dan budaya Semarang lebih dalam. Selain itu, gereja ini telah mengalami beberapa renovasi untuk menjaga kelestariannya, namun tetap mempertahankan bentuk asli dan nilai historisnya.

                               ARTIKEL GEREJA BLENDUK

Secara keseluruhan, Gereja Blenduk bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga warisan budaya yang penting, mencerminkan sejarah panjang dan keragaman masyarakat Semarang dari masa kolonial hingga kini.

Sejarah Singkat

Gereja Blenduk pertama kali dibangun pada tahun 1753 oleh bangsa Portugis dengan bentuk awal berupa rumah panggung Jawa yang atapnya disesuaikan dengan arsitektur lokal. Pada tahun 1787-1794, gereja mengalami renovasi total yang mengubah strukturnya mengikuti pola arsitektur gereja Protestan Eropa dengan sentuhan gaya Barok dan Renaisans.Renovasi besar berikutnya dilakukan pada 1894-1895 oleh arsitek Belanda H.P.A. De Wilde dan W. Westmaas, yang menambahkan dua menara kembar dan mengubah atap menjadi kubah setengah bola yang khas. Prasasti di tiang gereja mencatat perubahan ini, dan gereja dikenal dengan beberapa nama seperti Hervorm de Kerk, Protestanche Kerk, dan Koepel Kerk, yang merujuk pada bentuk dan fungsi bangunan.

Arsitektur & Keunikan

Denah dan Struktur

Gereja ini memiliki denah oktagonal (segi delapan) dengan lantai dua, berdiri di atas pondasi batu dan dinding bata tunggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun