Pak Samsul buru-buru menyambut. Saya yang baru memarkir motor, langsung dihampiri dan disalaminya. "Sehat, Mas?" sapanya. "Alhamdulillah, Pak," jawabku.
Ketua Rukun Nelayan Kelurahan Kroman ini langsung menggiring saya ke sebuah balai nelayan. Balai inilah yang disebut Bale Keling. Tempat berkumpulnya para nelayan Kelurahan Kroman, Gresik.
Setelah mengobrol singkat. Saya diajak ke lokasi yang saat ini sedang viral dan banyak dikunjungi. Kami tak berdua. Ada juga Mas Iskandar, ketua Gresik Ekspresi (Gresker) yang berkontribusi mengviralkan Bale Keling.
Kami menapaki sebuah geladak perahu dari kayu sepanjang 268 meter. Tempat inilah yang kini menjadi viral. Sejak komunitas Gresker bersama Kartar dan rukun nelayan setempat memberi cat warna-warni.
"Mulai hari ini, sudah ditiketkan, Mas. Kemarin hanya dikenakan parkir," kata Pak Samsul sembari menunjuk loket tiket yang masih dibangun dari kayu.
Ia pun menunjuk sederet penjual di sebelah loket tiket. Katanya, warga Kroman juga sudah merasakan dampak ekonomi sejak Bale Keling viral dan ramai dikunjungi. Banyak warga lokal yang berjualan jajanan.
Saat menapaki geladak itu. Pak Samsul menjelaskan, kalau di Kroman ada 105 perahu warga. Perahu-perahu itu berjejer di sepanjang geladak. Dari total itu, ternyata hanya sebagian kecil yang masih difungsikan mencari ikan.
"Tinggal belasan perahu, Mas," ucapnya.
"Lah terus, sisanya buat apa?" tanyaku.
Ia pun menunjuk sebuah pelabuhan milik salah satu BUMN di depan mata kami. "Sebagian besar digunakan untuk jasa tambang dan supplier makanan," jelasnya.
"Istilahnya 'taksi air'," sahut Mas Is.