Pagi ini aku mengajar kembali anak-anak kelas 3 Volks School di desa kami. Tak mudah melafalkan istilah itu. Kami pun lebih sering mengucapkannya Sekolah Desa. Hanya ada tiga pelajaran yang diberikan: membaca, menulis, dan berhitung. Terkadang, pelajaran tambahan seperti membuat kerajinan rumah tangga juga kusampaikan.
Bertempat di sebuah bangunan yang terbuat dari bambu dan kayu. Di luar bangunan, ada pagar bambu untuk menghalangi hewan ternak masuk kelas. Tak ada kursi dan meja untuk anak-anak belajar. Seperti di rumah, mereka duduk di lantai.
Saat menulis, para murid menundukkan punggungnya lalu menulis dengan grip di atas sabak yang tertelak di lantai. Di kelas, hanya ada satu kursi dan meja, khusus untukku. Tak jauh dari kursi dan meja, ada papan tulis berwarna hitam beserta beberapa kapur tulis yang debunya bisa membikin batuk.
“Kalian tahu, besok tanggal berapa?” tanyaku kepada anak-anak.
Mata mereka saling pandang satu sama lain, seolah tak yakin dengan jawaban yang mungkin akan mereka sampaikan.
“Tanggal 1 Pak,” jawab Rumbun yang menggunakan celana panjang warna putih serta baju lengan panjang warna coklat.
“Bulan apa?” aku kembali bertanya.
“Januari,” jawab Rumbun lagi.
“Apa artinya dengan tanggal 1 Januari?” aku harap, ada anak lain yang akan menjawab pertanyaan ini.
“Tahun Baru Pak!” sahut Mantir dengan suara cukup keras.
“Betul. Tugas kalian hari ini membuat ucapan selamat tahun baru,” ucapku memberi tugas.