Pak Dhote namanya, seorang pria yang berprofesi sebagai jurnalistik juga sebagai sastrawan yang mendunia di dua generasi. Setiap waktu nerjibaku dengan tulis menulis membuat dia berkawan dengan rokok.
Menurutnya dengan merokok, dia mampu membebaskan pikiranya dari kedunguan. Seakan merekok adalah sumber energi dalam menulis.
"Harusnya kau tau, rokok kretek punya rasa yang khas. Dia di ramu oleh tangan pribumi dengan tembakau pilihan dari tanah bumi pertiwi. Rokok kretek adalah primadona bagi kami para generasi 50an, hampir tidak ada rokok lain yang mencoba mengugat kretek pada masa itu" katanya seraya rokok kreteknya yang telah di pangangya sedari tadi
"Sebegitu perkasanya rokok kretek di tempo dulu?" Tanyaku
"Iya, sebab rokok kretek pada waktu itu di jaga dan di pacu kualitasnya, saat itu sekan tak ada rokok lain di biarkan masuk mengkeruk suasana dunia rokok kretek"
"Apa pengaruhnya hanya sampai di dalam negeri?"
"Tidak hanya di dalam negeri, kretek juga dulu pernah menguasai pasar rokok. Pasalnya rokok kretek di ramu dengan bahan alami, adapun zat kimia yang di gunakan hanya sedikit"
"Wah luar biasa juga yah, berarti rokok kretek punya jasa menyumbangkan pendapatan untuk negeri yah" kataku seraya meraih sebatang rokok kretek dan menyulutinya
"Iya, rokok kretek berjasa dan menyumbangkan pendapat negara dulu dan bertahan sangat lama. Namun saat ini aku harus bersedih atas kondisi saat ini, kondisi dimana industri rokok kretek diambang kepunahan"
"Kenapa demikian? Bukankah rokok kretek masih terus di produksi oleh industri rokok kretek?"