Pupus sudah harapan Fatima melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Hal itu dilakukan karena faktor keuangan membatasinya. Dia relah melakukan itu hanya untuk membiayahi dua orang adiknya agar bisa bertahan hidup dan bisa bersekolah. Baginya senyum adik-adiknya adalah harapan dan kebahagiaan tak terhingga dalam dirinya.
Fatima anak sulung, dia hidup bersama dua adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Mereka tinggal di sebuah gubuk reot letaknya ditepi sungai be tuti.
Mereka hidup sendiri. Orang tua mereka meninggal tiga tahun silam dalam sebuah kecelakaan. Saat itu Fatima masih duduk dibangku kelas dua SMA. Adiknya Irma masih dibangku kelas satu SMP, sementara Aisyah masih dikelas empat SD.
Sejak orang tua mereka meninggal, Fatima yang mengantikan peran ayah dan ibu menghidupi adik-adiknya. Berat rasanya hidup tanpa orang tua. Menghidupi dua adiknya, mulai dari makan dan minum, belum lagi biaya sekolahnya dan kedua adiknya yang mahal.
Pernah satu waktu, dia frustasi dan hampir putus asa tak mau melanjutkan sekolahnya, saat itu dia duduk dibangku kelas tiga. Tahun itu adalah tahun kesedihannya. Tidak ada uang sepeserpun untuk makan minum, belum lagi sekolah meminta harus melunasi biaya pendidikan dan kedua adiknya.
Hari itu dia berfikir keras, tidak ada pekerjaan yang dia lakukan. Dia merasa Tuhan juga tak lagi mendengarkan do'a yang telah dia panjatkan, dia marah kepada Tuhan. Melihat kondisi yang mendesak, ia kemudian memutuskan untuk melacur. Menjual jasa tubuhnya pada pria hidung belang.
Fatima kemudian teringat dengan beberapa teman yang berprofesi sebagai pelacur, dan uang dengan cepat mereka dapati. Cukup melayani beberapa orang saja bisa memenuhi kebutuhan mereka. Dia semakin mantap, tanpa pikir panjang, dia datangi mereka dan mencurahkan seluruhnya untuk menjadi pelacur seperti mereka.
"Aku tak melarangmu untuk jadi seperti kami. Tapi ada baiknya kalau kau pikir-pikir dulu, sebab jadi seperti kami sagatlah fatal akibatnya" ucap Wati
"Iya Fat, menjadi seperti kami bukan hal yang mudah. Apalagi perempuan sepertimu yang taat dalam beragaman. Kamu jangan masuk dalam perangkap ini" kata Nurul.
Fatima tak berpikir panjang lagi rupanya dia telah mantap"saya siap melakukan ini asalkan adik-adikku bisa makan dan bisa melanjutkan sekolah mereka" ucapnya