Mohon tunggu...
Fahrur Rozi IB
Fahrur Rozi IB Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya hanya seorang pengembara kehidupan, mencoba mencari ilmu dan kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Program "Kabar Ngalam" Dhamma TV Sebagai Pelestari Budaya

23 Januari 2016   05:08 Diperbarui: 23 Januari 2016   08:09 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

LATAR BELAKANG

Pada masa sekarang ini sudah banyak stasiun TV lokal yang bermunculan. Hal ini sebenarnya sangat positif, karena dengan adanya TV lokal dapat mengangkat nilai-nilai budaya suatu daerah. Sebab TV nasional maupun TV besar lainnya biasanya hanya menyajikan informasi seputar ibu kota. Pagi berita Jakarta, siang berita Jakarta dan malampun berita Jakarta pula. Sehingga masyarakat yang di pelosok mengetahui berita yang ada di Jakarta, tapi malah tidak tahu dengan berita lokalnya sendiri.

 TV lokal biasanya lebih mengangkat budaya setempat dengan program acara yang dikemas secara berbeda di setiap  stasiun TV  lokal. Seperti halnya JTV  dengan program “pojok kampungnya, dimana berita yang disajikan dengan bahasa Jawa. Masyarakat Jawa Timur terutama yang dipelosok mungkin akan lebih paham dan menikmati berita yang disajikan, sebab masyarakat di pelosok sebagian masih kesusahan dalam berbahasa Indonesia. Program acara lokal seperti inilah yang bisa menjadi agen dan ikut menjaga kelestarian suatu budaya yang dimeliki suatu daerah.

Sebenarnya banyak TV lokal lainnya yang dengan ciri khas kelokalannya, termasuk  di Malang. Salah satunya yaitu Dhamma TV yang mepunyai program berita “Kabar Ngalam”,  yang mana program berita seputar Malang ini dikemas dengan campuran  bahasa khas Malang. Program “Kabar Ngalam” selain penyampaian beritanya menggunakan bahasa Jawa, juga menggunakan bahasa ngalaman (bahasa yang kata-katanya dibalik, misalnya saya = ayas, kamu = umak dan kawan = nawak, dll)

Program berita “Kabar Ngalam” ini mempunyai ciri khas tersendiri dari program TV lokal lainnya yang ada di malang, meski sama-sama menggunakan bahasa jawa. Hal inilah yang mebuat penulis merasa penting untuk mengambil program acara “Kabar Ngalam” sebagai bahan penulisan paper. Selain itu penulis mengangkat program TV lokal tentang kebudayaan ini karena program acara seperti ini jarang di perhatikan oleh stasiun-stasiun TV besar. Lalu bagaimana  keunikan bahasa ngalaman itu sendiri? Bagaimana penyajian yang beda di program berita “Kabar Ngalam” ini? Bagaimana media massa ini bisa menjadi pelestari budaya Malang?

 

PEMBAHASAN

A.    Keunikan Program Berita “Kabar Ngalam” Dari Segi Bahasa

Dialaek Malang atau biasa disebut dialek Malangan, dialek Ngalaman dan Boso Walikan (osob kiwalan) adalah sebuah dialek Jawa yang dituturkan di malang. Dialek ini hanya membalikkan posisi huruf pada kosa kata bahasa Jawa ataupun bahasa Indonesia pada umumnya, kecuali pada konsonan lengkap, afiks, dan gabungan suku kata yang memungkinkan tidak bisa dibalik. Sejarah Boso Walikan berasal dari pemikiran para pejuang tempo doeloe yaitu kelompok Gerilya Rakyat Kota (GRK). Bahasa khusus ini dianggap perlu untuk menjamin kerahasiaan, efektefitas komunikasi sesame pejuang selain juga sebagai pengenal identitas kawan atau lawan. Metode pengenalan ini sangat penting karena pada masa clash II perang kemerdekaan sekitar akhir Maret 1949 Belanda banyak menyusupkan mata-mata didalam kelompok pejuang Malang. Mata-mata ini banyak yang mampu berkomunikasi dalam bahasa daerah dengan tujuan menyerap informasi dari kalangan pejuang GRK. (diambil dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

Mungkin sebagian orang menganggap boso walikan ini sebagai bahasa gaul, bahasa keakraban diantara orang-orang malang. Tapi dibalik itu nyatanya bahasa walikan ini mengandung nilai sejarah dan nilai budaya. Boso walikan hingga saat ini hanya digunakan orang-orang Malang, dan itu merata dari anak-anak hingga orang tua.

Sebagai seorang pendatang, ketika penulis mencoba berkomunikasi dengan warga  Malang asli dengan menggunakan boso walikan, terasa memang ada suasana yang lebih akrab daripada menggunakan bahasa Jawa, apalagi bahasa Indonesia. Selain itu warga Malang biasanya lebih menerima kita ketika berkomunikasi dengan boso walikan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun