Cilegon -- Tradisi Riung Mumplung, yang telah menjadi bagian dari budaya warga Kota Cilegon, kembali digelar dengan penuh semarak di Depan Kantor Walikota Cilegon, Jumat,15 Agustus 2025. Acara ini dihadiri oleh ratusan warga dari berbagai kelurahan, tokoh masyarakat, pejabat daerah, serta pelajar, menjadikannya momentum penting untuk mempererat tali silaturahmi dan memperkuat rasa kebersamaan.
Riung Mumplung secara harfiah bermakna "berkumpul bersama dalam satu lingkaran", sebuah simbol persatuan tanpa memandang latar belakang. Tradisi ini sudah puluhan tahun mengakar di Banten, khususnya di Cilegon, sebagai sarana komunikasi dan musyawarah, sekaligus wadah mempererat hubungan antara pemerintah dan masyarakat.
Acara dibuka dengan pembacaan tawasul oleh Ketua MUI Kota Cilegon, yang diikuti khidmat oleh seluruh hadirin. Suasana religius semakin terasa ketika Wildan, seorang qari muda, melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an dengan suara merdu.
Setelah doa dan sambutan pembuka, acara berlanjut pada momen yang penuh makna, yaitu pemberian kadedeh (tanda kasih) kepada perwakilan siswa Sekolah Rakyat. Pemberian ini diserahkan langsung oleh Wali Kota Cilegon, Bapak Robinsar, didampingi Wakil Wali Kota, Bapak Fajar Hadi Prabowo.
Dalam sambutannya, Wali Kota Cilegon menyampaikan bahwa Riung Mumplung adalah salah satu tradisi yang perlu dijaga dan diwariskan kepada generasi muda.
"Riung Mumplung bukan hanya kegiatan berkumpul, tapi ini adalah simbol kebersamaan, gotong royong, dan rasa persaudaraan yang menjadi ciri khas masyarakat Cilegon. Mari kita rawat bersama, agar nilai-nilainya tetap hidup dan memberi inspirasi dalam membangun kota kita tercinta," ujar Robinsar.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Fajar Hadi Prabowo menambahkan bahwa momen ini juga menjadi kesempatan bagi pemerintah untuk mendengar aspirasi langsung dari masyarakat.
"Kegiatan seperti ini memperpendek jarak antara pemerintah dan rakyat. Kita bisa berdiskusi santai, menyerap masukan, dan menjalin komunikasi yang lebih akrab," tuturnya.
Selain sesi formal, Riung Mumplung juga menghadirkan suasana santai dengan ramah tamah, hiburan rakyat, serta sajian kuliner tradisional khas Banten. Warga terlihat menikmati aneka makanan seperti rabeg, ketan bintul, dan emping melinjo sambil berbincang hangat.
Salah seorang warga, Ibu Siti Maryam (52), mengaku senang tradisi ini masih terus dijalankan.