Mohon tunggu...
Muhammad Fachrul Kilwouw
Muhammad Fachrul Kilwouw Mohon Tunggu... Jurnalis - Militansi

Mari belajar bersama-sama dengan memilah informasi yang benar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Fenomena Baru, Kemunduran Kualitas Demokrasi di Fakultas Teknik UMM

10 Juni 2019   09:38 Diperbarui: 10 Juni 2019   10:09 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                (Penulis : Fahri Fajriansyah )

Hari menjelang lebaran makin dekat. Hingga tiba untuk masyarakat UMM untuk beristirahat sejenak dari berbagai aktivitas kampus. Jelasnya, pada tanggal 1 Juni - 17 Juni 2019 merupakan hari libur di Universitas Muhammadiyah Malang. Mahasiswa perantauan dari berbagai daerah kini tengah mempersiapkan mudik, sehingga aktifitas mahasiwa dan birokrasi kampus sangat dikurangi.  

Menarik untuk dilihat bahwa di sela-sela persiapan libur, kampus juga sedang menggelar pesta demokrasi. Pemilu Raya Universitas Muhammadiyah Malang yang kemudian disingkat PEMIRA UMM merupakan suatu ajang kontestasi bagi mahasiswa yang hendak berproses lembih lanjut. Momen ini juga menjadi salah satu syarat bagi lembaga intra kampus untuk melakukan Regenerasi kepengurusan.

Uniknya, Pertama sistem PEMIRA yang diterapkan oleh kampus UMM mewajibkan Partai politik mahasiswa sebagai jembatan bagi mahasiswa yang ingin mencalonkan diri sebagai ketua di lembaga Eksekutif dan anggota di lembaga Legislatif.

Kedua dalam PEMIRA tahun ini, Penulis mengamati bahwa terdapat fenomena. Salah satu yang menjadi pengamatan yaitu kondisi PEMIRA yang ada di Fakultas teknik. Dari empat lembaga intra di tingkatan jurusan, yakni Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Industri, Elektro, Informatika, dan Mesin, hanya memiliki satu calon kandidat ketua himpunan. Bahkan yang lebih mengherankan, di HMJ sipil tidak memiliki calon setelah dinyatakan tidak lolos dalam proses verifikasi berkas pendaftaran. Hal ini menjadi suatu fenomena tersendiri bagi PEMIRA di Fakultas teknik.

Munculnya calon tunggal tentu bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Ditinjau dari segi historis PEMIRA di Fakultas teknik, calon tunggal bisa muncul atas dasar kesengajaan. Contohnya di HMJ Mesin yang pernah mengeluarkan calon tunggal. Dengan persyaratan ketika terdapat dua atau lebih kandidat ketua himpunan maka harus melalui Mubes terlebih dahulu untuk menghasilkan satu calon saja. Hal ini dilakukan dengan maksud agar mahasiswa jurusan tersebut tetap terlihat solid. Namun akan berbeda apabila calon tunggal itu muncul karena murni tidak ada kandidat lain.

Dengan adanya calon tunggal, maka boleh dikatakan ini merupakan Indikator kemunduran kualitas demokrasi. Mengapa, dari sekian banyak anggota di HMJ, hanya ada satu orang kandidat ketua himpunan? Analisis sederhananya bahwa sedang terjadi krisis figur-figur pemimpin di lembaga intra, khususnya di Fakultas teknik. Lantas aktivitas-aktivitas di lembaga intra yang harusnya membentuk karakter pemimpin pada mahasiswa kini dipertanyakan.

Tentu dalam hal ini, kita sebaiknya tidak menganalisis secara gamblang begitu saja. Ada faktor lain yang barangkali menjadi penyebab calon tunggal di tingkatan HMJ. Salah satunya yaitu adanya aturan diwilayah persyaratan yang sedikit lebih berat dibandingkan PEMIRA seblumnya.
Salah satu kandidat ketua BEM FT dari partai Karya Insan Cita (KITA), Imam Abusyiri mengatakan "Meskipun di tataran HMJ hanya ada satu kandidat, Kita sebagai mahasiswa teknik sebaiknya tetap ikut serta memeriahkan kontestasi pemira tahun ini. Kedepannya, kita coba benahi bersama dan kita jadikan lembaga intra sebagai wadah pembentuk karakter pemimpin yang baik".

Sigit Saliko, selaku kandidat wakil ketua BEM FT partai KITA menambahkan bahwa "Harapannya seluruh mahasiswa Fakultas teknik tetap menggunakan hak pilihnya, karena dibalik proses pemira, ada perjuangan besar yang dilakukan oleh KPRF dan BPPF untuk mengawal jalannya pemira hingga pada saat pencoblosan nantinya".  

Terlepas dari persoalan calon tunggal, KPRF dan BPPF selaku elemen yang mengawal proses pemira diharapkan mampu meningkatkan kesadaran mahasiswa untuk menggunakan hak pilihnya. Apalagi sistem yang digunakan di pemira kali ini tergolong baru, yaitu melalui e-vote. Tentu ada peluang untuk meningkatkan jumlah pemilih daripada tahun-tahun sebelumnya.

img-20190603-wa0065-5cfdc59b3ba7f762fb38ca36.jpg
img-20190603-wa0065-5cfdc59b3ba7f762fb38ca36.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun