Di balik kesibukan kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), terselip sebuah warung sederhana yang menjadi tempat persinggahan favorit para mahasiswa. Warung itu milik Ibu Tarsiah, yang lebih akrab disapa Budhe, seorang perempuan paruh baya yang telah berjualan lotek sejak tahun 2006. Berlokasi di belakang asrama Unires, warung ini tidak tampak mencolok. Namun bagi mahasiswa yang sudah mengenalnya, tempat ini adalah surga kecil yang menyajikan rasa khas rumahan dengan harga yang ramah di kantong.
Perjalanan usaha Budhe bukan tanpa tantangan. Ia memulai jualan lotek dengan dibantu dua orang, namun seiring waktu, usaha ini dikelola lebih mandiri bersama anggota keluarga. "Dulu sama dibantu 2 orang itu, setelah itu ngga pas toh le, sekarang yang bantu pak lik anak ku yang nomor 2 itu," ujarnya mengenang. Bahkan saat pandemi COVID-19 melanda dan menghantam banyak pelaku usaha kecil, Budhe tetap bertahan, berjualan seadanya demi memenuhi kebutuhan hidup.
Menu lotek racikan Budhe memang sederhana, namun mampu mengundang antrean panjang. Bumbu kacangnya diracik sendiri dengan bahan segar yang menghasilkan cita rasa gurih-manis yang khas. Meski banyak warung lotek lain yang sudah menaikkan harga hingga Rp12.000, Budhe tetap bertahan dengan harga Rp9.000 seporsi. Bagi Budhe, menjaga harga terjangkau adalah bentuk kepeduliannya kepada mahasiswa. "Yang penting anak-anak terjangkau, nek habis banyak kan kita dapet untung. Seperti Cina, Cina kan ngambil (untung) nya sedikit, tapi habisnya kan banyak," tuturnya dengan logat Jawa yang kental, sambil tertawa kecil.
Setiap harinya, warung kecil ini melayani ratusan mahasiswa UMY. "Kalo rame biasanya sehari laku 300 porsi, kalo ngga ya cuma 200 - 150 (porsi), kalo lagi libur 100 (porsi), cuma belum pernah yang anjlok sampe di bawah 100 (porsi)," katanya. Bahkan saat bulan Ramadan, Budhe tetap berjualan seperti biasa, hanya libur tiga hari menjelang Lebaran. Konsistensinya dalam berjualan membuat mahasiswa merasa tenang karena tahu di mana harus mencari makan buka puasa yang sederhana namun nikmat.
Bukan hanya karena loteknya yang enak, suasana warung Budhe juga menghadirkan kenyamanan tersendiri. Terletak di bawah rindangnya pepohonan, para pelanggan bisa menikmati seporsi lotek sambil merasakan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan di tengah panasnya cuaca Jogja. Kehangatan dan keramahtamahan Budhe pun menjadi daya tarik tersendiri. Sambil melayani, ia tak segan mengajak ngobrol santai para pelanggannya, menjadikan warung ini lebih dari sekadar tempat makan---melainkan ruang bertemu, bercerita, dan berbagi tawa.
Kini, warung lotek Budhe sudah menjadi bagian dari kisah perjalanan hidup banyak mahasiswa UMY. Warung kecil yang sederhana ini telah menjadi "hidden gem" di balik kampus megah. Tidak berlebihan jika dikatakan, Budhe bukan sekadar pedagang, melainkan sosok yang turut membentuk kenangan indah para mahasiswa selama menempuh pendidikan di Yogyakarta. Dengan keuletan, kejujuran, dan ketulusan dalam melayani, Budhe membuktikan bahwa usaha kecil pun bisa memberikan dampak besar bagi banyak orang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI