Mohon tunggu...
Ahmad Fahrizal Aziz
Ahmad Fahrizal Aziz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Blogger

Sekretaris GPMB Kab. Blitar, blog pribadi klik www.jurnalrasa.my.id

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Siapkah Surabaya Ditinggal Risma?

4 Agustus 2016   21:19 Diperbarui: 6 Agustus 2016   18:20 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buya Syafii Maarif pernah berkata, jika salah satu problem kepemimpinan nasional adalah selalu melihat Indonesia dari Jakarta. Meski konteksnya agak berbeda, beberapa kepala daerah populis seperti Tri Rismaharini disebut-sebut menjadi salah satu kandidat kuat Pilgub DKI 2017.

Hal ini karena, Ridwan Kamil sudah menolak untuk meninggalkan Bandung dan ingin menyelesaikan tugasnya sebagai Walikota sampai tuntas. Maka figur Risma --sebagai walikota yang diusung PDIP-- menjadi pertimbangan yang kuat.

Bermula dari Jokowi yang ditarik dari Solo ke DKI, lalu ditarik lagi menjadi Presiden. Jangan sampai itu menjadi trend. Jika Risma diusung PDIP maju Pilgub DKI 2017, secara kalkulasi Politik, PDIP tidak akan rugi, karena Wakil walikota (yang nanti akan naik jadi Walikota) adalah kader sekaligus pengurus PDIP. Lalu bagaimana dengan warga Surabaya.

Risma benar-benar melekat dengan Surabaya. Keterpilihannya di Pilwali yang lalu, adalah dominan faktor figural dirinya. Siapapun Wakilnya, tidak akan berpengaruh signifikan terhadap perolehan suara Risma.

Risma sendiri, nampak begitu memahami program-program yang telah digagasnya, semenjak periode pertama memimpin. Termasuk program e-goverment yang selama ini melejitkan namanya.

Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, tentu figur Risma sangat dibutuhkan. Sama halnya Ridwan Kamil di Bandung. Maka Jika Jokowi ingin agar pemimpin-pemimpin hebat merata di daerah-daerah, mensupport Risma agar tetap di Surabaya adalah pilihan tepat. Meski bahasa politik partai mungkin berbeda.

PDIP pun, sebagai Partai besar, Partai pemenang pemilu, tentu harus menghindari preseden buruk sebagai partai yang suka comot pemimpin daerah yang belum tuntas menjabat untuk di "tugas partai-kan" ke jenjang politik yang lebih tinggi.

Memang, Mengusung Risma maju dalam Pilgub DKI 2017 adalah hal paling realistis bagi PDIP ditengah banyaknya protes kepada Ahok. Bahkan andaipun Risma kalah, PDIP tidak terlalu punya resiko, karena sudah pasti Walikota Surabaya dijabat kadernya. Tapi warga Surabaya akan kehilangan Risma. Sama seperti dulu menarik Jokowi ke DKI, toh Solo akan tetap dipimpin kadernya.

Kita berharap Risma tetap di Surabaya untuk menyelesaikan periode keduanya, dan melihat perubahan signifikan lain yang ada di Surabaya dibawah kepemimpinan Risma.

Sudah banyak figur yang mampu memimpin Jakarta. PDIP sendiri punya Incumbent, Djarot Saiful Hidayat yang bisa dicalonkan menjadi Cagub. Secara kinerja Djarot cukup bisa mengimbangi Ahok, hanya saja kurang terekspose media. Prestasi Djarot sebagai Walikota Blitar dulu juga moncer, bahkan bisa jadi lebih moncer dari Ahok ketika menjadi Bupati.

Kini ditengah isu yang berhembus bahwa Risma akan diusung ke DKI, kita berharap hal itu tidak terjadi. Bu Risma masih harus menyelesaikan tugasnya di Surabaya. Warga Surabaya masih butuh sosok Risma. Disinilah, elite partai menimang-nimang, dan kita bisa menilai sendiri apa nantinya keputusan yang diambil. (*)

Blitar, 4 Agustus 2016

A Fahrizal Aziz

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun