Mohon tunggu...
Fahriza Almanaf Mahameru
Fahriza Almanaf Mahameru Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Trisakti School of Management

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sebelum Memimpin, Salam Sapa Dahulu dengan Risikonya

6 Juni 2021   22:34 Diperbarui: 6 Juni 2021   22:38 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: money.kompas.com

Halo sobat kompasianer. Bagaimana kabarnya semoga sehat selalu. kali ini saya akan membahas mengenai risiko sebagai pemimpin. Pemimpin tak lepas dari yang namanya tanggungjawab. 

Segala bentuk keputusan tentu mengandung risiko yang harus dipertanggungjawabkan. Pada dasarnya pemimpin adalah seorang yang memanggul risiko paling besar diantara anggota tim lainnya. Karena salah perhitungan sedikit saja bisa berakibat fatal, terutama dalam kondisi krisis pandemic seperti saat ini.

Pemimpin diperlukan disegala bidang, baik itu pemerintahan, perkantoran, akademisi, bahkan dalam pergaulan sehari-hari pasti kita punya teman yang secara langsung/tidak langsung kita tunjuk sebagai pemimpin. Dalam dunia professional sangat diperlukan struktur kepemimpinan. Mulai dari top management, middle management, hingga low management. Sebelumnya jika ada yang tidak sesuai mohon maaf karena saya juga masih mempelajari hal ini di bangku perkuliahan. Berikut ulasannya.

Pemimpin bertanggungjawab atas tercapainya VISI, MISI, dan target. Sebagai gambaran besar ini berlaku untuk pemimpin yang berada di top management. Seperti CEO, DIRUT, KOMISARIS, dan seterusnya. Tentu bukan hal yang tabu untuk membicarakan kinerja dari top management berdampak terhadap keberhasilan sebuah organisasi. Semua keputusan memiliki pengaruh pada organisasi di segala lini, baik itu kredibilitas, nama baik, kesejahteraan karyawan, dan yang paling bahaya yaitu keuangan. kerugian materil (seperti penurunan laba) dan non-materil (kehilangan kepercayaan pelanggan) adalah risiko yang ada di depan mata seorang pemimpin level top management. Diperlukan seseorang yang berkompeten untuk menduduki jabatan tersebut.

Para pemimpin tidak boleh menyerah pada godaan untuk mengelilingi diri mereka dengan orang-orang yang hanya mengatakan apa yang ingin mereka dengar. Seorang pemimpin harus terus-menerus ditantang, dan salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan mengelilingi dirinya dengan orang-orang yang akan mengatakan bahwa dia mungkin salah, dengan kata lain berkata sejujurnya. Ini adalah risiko dimana sebagai seorang yang memiliki power, informasi yang diperlukan harus lah valid sesuai dengan data di lapangan agar dapat membuat keputusan yang tepat. Namun demikian banyak orang-orang sekitarnya yang "cari muka" atau "menjilat" dengan mengatakan bahwa semua baik-baik saja atau semua masih dalam kendali. Ini bisa berakibat fatal bilamana terjadi secara berkelanjutan. Akhirnya akan terlihat semua ketika audit atau sidak dilaksanakan. Kerugian pun tak dapat terhindarkan. Tentu hal ini perlu di perhatikan jika menjadi seorang pemimpin.

Risiko kepemimpinan lainnya adalah hilangnya fokus pada manajemen dan operasi. Setiap organisasi memiliki fungsi manajerial dan operasional tertentu. Jika system sudah berjalan dengan baik, mungkin pimpinan tidak perlu berhubungan langsung dengan fungsi-fungsi ini setiap hari. Tetapi jangan kehilangan komunikasi dengan fungsi-fungsi tersebut. jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti kecelakaan kerja, tidak tercapainya target, protes karyawan, dan lain-lain maka pemimpin perlu mengambil langkah. Pelajari apa yang terjadi, apa yang telah berubah, dan bagaimana organisasi menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Pahami betul kapan waktu menjadi pemimpin dan waktu menjadi rekan kerja. Hal ini diperlukan untuk mengulik segala macam informasi dan berdialog lah dengan anggota bagaimana sebaiknya masalah ini diselesaikan. Sesungguhnya keputusan yang mempertimbangkan insight dari anggota akan berdampak baik bagi organisasi. Anggota akan merasa didengar dan dapat menyetujui dengan cara melaksanakan keputusan pimpinannya dengan baik.

Di level middle management, tak jarang tim leader terkadang harus menanggung kesalahan anggotanya. Ya memang sudah selayaknya demikian. Namun ada kalanya pekerjaan rinci yang memang hanya anggotanya yang mengerti detail teknis pekerjaan tersebut lalu dia tidak mampu melaksanakannya dengan baik. Akhirnya Tim Leadernya yang kena omel Department Head. Ini adalah bagian dari risiko sebagai pemimpin. Mungkin jika di jabarkan secara gamblang akan terlihat bahwa sebenarnya letak kesalahan tidak 100% berada di tangan tim leader. Artinya, anggota yang tidak bekerja dengan baik tersebut seharusnya juga terkena omel dari department head. Namun mau bagaimana pun tim leader memiliki otoritas untuk mengontrol bagaimana kerja dari anggotanya. Seperti department head yang mengomeli tim leader. Segala bentuk hasil kerja tim tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan apakah sesuai dengan target atau tidak dan itu menjadi tanggungjawab tim leader.

Dan yang terakhir risiko sebagai pemimpin di level low management. Risikonya Tentu tidak sebanyak pemimpin di level atas. Mungkin hanya sebatas "tercapainya target". Seperti contoh supervisor di warehouse yang memiliki jobdesc mencatat barang masuk dan keluar per hari. Jika terjadi kesalahan pun bisa langsung diralat dan dampaknya tidak terlalu signifikan untuk keberlangsungan bisnis perusahaan. Apalagi jika kesalahan tersebut hanya berlangsung beberapa kali dalam setahun. Namun tentu tidak terlepas dari risiko berupa omelan bos.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun