Mohon tunggu...
Fahrizal Muhammad
Fahrizal Muhammad Mohon Tunggu... Dosen - Faculty Member Universitas Prasetiya Mulya

Energi Satu Titik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Persahabatan dan Kerendahhatian

4 April 2020   15:20 Diperbarui: 4 April 2020   15:20 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi fahrizal muhammad

Hanya mereka yang beriman paripurnalah yang senantiasa mampu menjadikan dunia ini sebagai sarana untuk membangun akhiratnya. Merekalah yang telah belajar bersikap dengan benar terhadap dunia. Merekalah yang tetap memelihara akhlaknya kepada Allah meski reputasi, prestasi, dan pencapaian dunia menggodanya sedemikian rupa karena mereka sadar, itu hanya sementara dan fana. 

Ibnu Umar berkata, suatu hari Rasulullah SAW pernah berdekatan  dan memegang pundakku sambil bersabda,"Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah orang asing atau seperti orang yang menyebrang jalan karena Cinta kepada dunia merupakan pangkal dari segala kesalahan dan kejahatan".

Yang mampu bertahan di garis batas ini, dialah pemenang. Tetapi, untuk dapat bertahan dalam segala badai di situ, nilai kemanusiaan kita akan diuji sampai titik nadir. Yang datang bukan hanya frekuensi tetapi intensitas dan kualitas persoalan yang tidak jarang menampar hingga mencampakkan segala pencapaian. Reputasi dan prestasi pada gilirannya ternegasikan begitu saja. Inilah jihad yang sesungguhnya: jihadun nafs dalam kesadaran penuh.

Oase Silaturahim

Pencapaian dan prestasi adalah ranah sosial. Bagaimana mungkin kita bisa mengukur prestasi tanpa relasi komunal? Kondisi lebih dan kurang dalam satuan bersamalah yang pada akhirnya terkukuhkan menjadi reputasi dan pencapaian. Namun, apa gunanya semua itu kalau pada akhirnya justru menjauhkan kita dari makna persaudaraan yang sesungguhnya?

Setidaknya dua hal ini menarik untuk dicermati. Pertama, tetap menyadari bahwa apa pun pencapaian dan prestasi kita bukanlah produk individu. Kita tidak bisa meraih apa pun sendiri. Kita butuh orang lain, siapa pun itu. Kita butuh silaturahim. Maka ketika gelombang dahsyat bernama kesombongan datang mendompleng pencapaian itu, ada baiknya cepat-cepat kita kembali. Jangan beri kesempatan semua itu merongrong kebersamaan dan rasa nyaman.

Orang yang memahami proses pasti tidak akan pernah menjadi sombong dan jumawa karena dia sadar akan keberadaannya. Dia juga tidak perlu merasa rendah diri dan kekurangan, karena selalu ada waktu untuk tetap berada dalam proses yang benar menuju apa yang dicita-citakan. Mereka yang memutuskan silaturahim, mereka yang tiba-tiba menjadi sombong karena berbagai macam alasan adalah mereka yang tega mengkhianati nuraninya sendiri. Dia lupa, bahwa dirinya pernah berproses dari titik tiada.

Di titik ini kita membutuhkan ketabahan dan kesabaran yang sempurna. Perjuangan ini lebih menarik dari yang kita perkirakan sebelumnya. Kita pasti masih ingat cerita tentang kesetiaan tanpa akhir itu. Terus terang, aku jadi geli karena sampai pada perhentian ini aku belum lagi bisa mengerti. Namun, gerbong sudah terhela dan perhentian terakhir tidak menyisakan apa-apa kecuali sejarah. Pada yang bernama masa depan semua berpacu.

Kedua, perlunya menjaga keseimbangan.  Ketika silaturahim mulai terusik,  itulah kesempatan untuk kembali. Ketika keseimbangan terkoyak, itulah waktunya kita memaknai ulang nikmat Allah dengan cara yang benar.

Sahabatku, barangkali kita masih ingat, apa yang dikemukakan Brian Dyson, tentang keseimbangan hidup. Menurutnya, hidup seperti pemain akrobat dengan lima bola. 

Bola itu mewakili pekerjaan, keluarga, kesehatan, sahabat, dan semangat. Kita harus tetap menjaga semua bola itu di udara dan jangan sampai ada yang terjatuh. Bila satu saat, kita terpaksa harus melepaskan salah satu di antaranya, lepaskanlah pekerjaan karena ia adalah bola karet. Bila jatuh, ia akan melambung kembali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun