Mohon tunggu...
Fahmi Zein
Fahmi Zein Mohon Tunggu... Guru - Muhammad Khafid Zulfahmi Zein

Tidak ada sebuah perjuangan kecuali dengan pengorbanan, dan hanya orang yang rela berkorban dapat disebut sebagai pejuang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Seorang Ayah dan Kedua Anaknya

12 Desember 2018   10:06 Diperbarui: 12 Desember 2018   10:13 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

KISAH SEORANG AYAH DAN KEDUA ANAKNYA

(Yang pertama adalah yang terbaik, karena kita tidak tahu kapan ini akan berakhir)

Oleh : Muhammad Khafid Zulfahmi Zein

Pada suatu ketika hiduplah seorang ayah bersama kedua puteranya, mereka hidup dalam keadaan sederhana dengan keramahan dan kebersamaan sebagai nafas kehidupan mereka, sang ayah selalu mengajarkan hikmah dalam setiap kejadian yang terjadi sebagai nasehat dan bahkan peringatan kepada kedua anaknya. Peringatan bukan hanya dalam bentuk perintah dan aturan, namun sang ayah mencerminkan bahwa terkadang alam lebih bisa untuk memberikan pelajaran dalam hidup ini.

Di suatu pagi yang cerah, sang ayah memangil kedua puteranya untuk berkumpul di pinggir hutan, setelah mereka berkumpul, terlebih dahulu sang ayah memberikan nasehat kepada kedua anaknya, "wahai anak ku, setiap yang kalian lihat saat ini bukanlah yang terbaik, tatkala kalian menemukan yang lebih baik dari hal tersebut" kemudian sang ayah memerintahkan anak pertamanya untuk masuk ke hutan guna mencari ranting pohon yang paling indah untuk diberikan kepada ayahnya.

Setelah mendengar perintah dari ayahnya, sang anak pertamapun langsung bergegas masuk ke dalam hutan dan mencari dimanakah ranting yang terbaik itu, dia terus mencari dan mencari hingga menemukan sebuah ranting yang menurutnya adalah ranting yang paling indah, ia pun mengambilya dan membawanya, namun saat dia meneruskan perjalanannya kembali.

 sang anak pertama menemukan ranting yang lebih bagus lagi, akhirnya dia membuang ranting pertamanya dan mengambil ranting yang lainnya, dia sangat senang karena menemukan ranting yang lebih baik, setelah berjalan agak jauh, anak tersebut kembali menemukan ranting yang menurutnya jauh lebih baik, akhirnya dia membuang lagi ranting sebelumnya, dan mengambil ranting yang lainnya, dia terus menerus melakukan hal yang sama atas ranting-ranting yang dia temukan, sang anak merasa semakin dia melanglah ke depan, maka dia semakin menemukan ranting yang lebih bagus, lebih bagus, dan lebih bagus, sedangkan ranting yang sebelumnya dia bawa dia buang begitu saja. 

Tanpa dia sadari langkah demi langkah telah dia lakukan, ranting demi ranting telah dia ambil, hingga pada akhirnya dia sangat kaget, karena sekarang sang anak pertama sudah berada di luar hutan tanpa membawa sebuah rantingpun  di tangannya. Ayahnya memanggilnya dan bertanya, "dimana rantingmu ?" sang anak menjawab, "begitu banyak ranting yang kutemui, dan kuambil satu persatu ranting tersebut sembari ku buang ranting yang lama, hingga tanpa kusadari, saya sudah berada di luar hutan tanpa sebuah ranting di tangan saya".

Kemudian sang ayah menyuruh anak yang ke dua untuk memasuki hutan dan mengambil ranting yang menurutnya terbaik, sang anakpun bergegas masuk ke dalam hutan dan mencari ranting terbaiknya untuk diberikan kepad ayahnya, ketka dia berjalan di dalam hutan, sang anak kedua melihat sebuah ranting yang memalingkan pandangannya, dia pun menghampiri ranting tersebut dan langsung menggenggamnya dengan erat, dia yakin bahwa ranting pertama yang dia temukan ini adalah ranting terbaiknya. 

Sang anak melanjutkan perjalanannya menuju hutan yang lebih dalam, semakin dia memasuki hutan tersebut, dia menemukan ranting yang banyak dan lebih baik dari ranting yang dia bawa, sang anak gundah dalam hatinya, apakah dia melanjutkan perjalanan dengan ranting yang sama, atau menggantinya dengan ranting baru di depannya yang lebih baik. Pada akhirnya sang anak kedua berjalan terus dan tetap mempertahankan ranting pertamanya, hingga ia mencapai pinggir hutan dan keluar hutan.

Melihat putra keduanya sudah keluar dari hutan, sang ayah memanggilnya untuk berkumpul bersama dan memberikah petuah dari apa yang baru saja mereka lakukan, sang ayanh bertanya kepada anak yang pertama, "apa yang kau dapat wahai anakku pertama ?", anak pertama mejawab, "ketika aku memasuki hutan, aku menemukan banyak ranting, kuambil satu kemudian aku bawa, tapi dalam perjalanan aku bertemu dengan ranting yang lebih bagu, kemudian aku menggantinya dengan ranting itu, aku melakukukannya terus menerus hingga tak sadar jika sudah keluar dari hutan tanpa sebuah rantingpun yang kubawa".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun