Mohon tunggu...
Fahmi Mustofa
Fahmi Mustofa Mohon Tunggu... Freelancer - Pegawai Negeri Santai

Hidup hanya untuk bercanda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bercermin Saja untuk Bertemu Denganku Lagi

14 Juli 2019   03:46 Diperbarui: 14 Juli 2019   03:49 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"terima kenyataan saja..." jawab ibu, datar.

"Maksutnya, ibu?" tanyaku, bingung.

"Ya terima kenyataan saja dengan keadaanmu yang sekarang ini. Seperti kamu bahagianya ngobrol dengan ayah kamu padahal ternyata kamu hanya mimpi saja" jawabnya lagi.

Aku masih bingung dengan jawaban ibu arti dari "terima kenyataan saja..." apa maksud dari ibu berbicara seperti itu. Lagi-lagi aku harus mentafsirkan ucapan ibu, setelah dari ucapan ayah juga. Memang kedua orang tua selalu memberi pesan. Pesan yang jelas dan terkadang ada yang samar. Seperti saat ini yang sedang ku rasakan.

Ibu meletakkan gelasnya setelahnya dan berbicara padaku, dengan suara kecilnya.

"Anakku, yang aku asuh dari dulu. Anakku, yang aku cinta dari dulu. Tak usah kamu fikir lagi untuk bertemu ayahmu. Lupakan saja. Ayahmu dulu pergi memberi kita banyak arti. Biarkan ayahmu tenang disana. Ia bahagia disana. Jika kamu ingin bertemu, nanti malam saja saat kamu ingin istrahat tidur dan bermimpi. Semoga ayah tidak sibuk nanti malam untuk bertemu denganmu malam ini. Untuk kamu yang saat ini juga sebagai ayah. Terima kenyataan dan keadaan kamu yang sekarang, karena, kamu adalah ayah. Berkacalah sana di kamar, disana ada cermin. Yang disana saat kamu bercermin ada sosok laki2 dengan ciri-ciri pria bermata sipit, berambut gondrong, dan dengan tubuh kurus. Ia, persis seperti ayahmu. Tak usah khawatir dengan ayah, karena, kamu adalah ayah."

Dan ku menundukkan kepalaku, untuk bertemu dengan ayah salah satu syarat yang aku dapat ialah bercermin untuk melihat wujudnya lagi. Dan untuk melihat jiwa seorang ayah adalah menerima kenyataan. Dua hal yang bisa aku temui dalam satu sebutan bernama ayah. Mematuhi ucapan ibu adalah cara jalan untuk mencintai seorang ayah. Terimakasih ayahku yang sudah pergi dan ibuku yang masih berada disini.

drawingfineart.net
drawingfineart.net

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun