Mohon tunggu...
Fahmi Arfiandi
Fahmi Arfiandi Mohon Tunggu... -

friendly ones.. love music | travelling | photography | books | and many lovely things

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945 – 1949

17 Juli 2012   20:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:51 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13425613012118751091

Judul Buku :

Para Jago Dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945 – 1949

Penulis :

Robert Cribb

Penerbit :

Masup Jakarta

Cetakan :

Cetakan Pertama, Agustus 2010

Tebal :

304 Halaman

“ Bandit merupakan fenomena lama dari potret kehidupan sosial di Jawa.3 abad yang lalu, pulau Jawa merupakan tempat persembunyian ideal bagi orang-orang yang hidup di luar tatanan hokum masyarakat. Garis perbedaan antara perampok dan pemberontak cenderung samar, terlebih karena sebagian besar penyamun berasal dari orang-orang yang melarikan diri dari pemerintahan tertentu. Penyamun juga sering kali terlibat, bahkan memimpin pemberontakan. Ken Angrok, pendiri kerajaan Singosari tadinya adalah seorang penyamun, sebagaimana sejumlah penguasa wilayah yang lain. Hubungan antara bandit dan pemerintah terus naik turun, antara kerjasama dan opresi. Contohnya, bandit pernah direkrut dalam kampanye pemilihan umum 1982 sebagai tukang pukul dan kadang sebagai agen provokator. Namun, pada 1982 – 1983, pemerintah justru melancarkan gerakan pemusnahan secara berkelanjutan terhadap mereka yang kemudian dikenal sebagai “ penembakan misterius “. Kalimat di atas adalah kalimat pembuka yang terdapat di awal buku para jago dan kaum revolusioner Jakarta 1945-1949 karya Robert Cribb yang berjudul asli Gangster and revolutionaries, The Jakarta People’s Militia And The Indonesian Revolution 1945-1949. Buku ini juga merupakan pengembangan dari penelitian disertasi doktoral penulis yang berjudul “ Jakarta Dalam Revolusi Indonesia 1945-1949 “, saat penulis masih menjadi mahasiswa School Of Oriental And African Studies, University Of London. Buku ini mengkaji secara mendalam mengenai salah satu milisi rakyat yang bergabung dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada 1945, yaitu Lasykar Rakyat Jakarta Raya ( LRJR ). Menelusuri riwayat serta asal usulnya, yaitu para penjahat kecil-kecilan, juragan buruh di perkampungan kumuh di Jakarta dan perkebunan-perkebunan feodal pinggiran Jakarta, hingga kehancurannya di tangan tentara Indonesia pada akhir 1940-an. Buku yang terdiri dari 14 bab dan di bagi menjadi 5 bagian ini dibuka dengan kisah-kisah mengenai dasar sosial revolusi Indonesia. Bagian pertama yang berjudul Pembentukan Aliansi Revolusioner terdiri dari 3 bab. Yang masing-masing bab berjudul, bab 1 dunia hitam Jakarta, bab 2 tapa brata politik dan bab 3 penguasa baru, kesempatan baru. Di bab 1 ini banyak menceritakan mengenai geografi politik dari jaman prasejarah, era hindu kerajaan Tarumanegara & penggantinya Pajajaran. Kemudian masuk ke era 2 kesultanan bercorak Islam yang muncul di sekitar pelabuhan Banten dan Cirebon. Hingga era kolonial VOC dan pendudukan tentara Perancisnya napoleon Bonaparte di bawah pimpinan Daendels. Dan juga sebuah fakta bahwa jasa outsourching sudah dipraktekkan sejak era kolonial. “ tokoh kunci dalam politik lokal Batavia adalah para juragan yang mengatur masyarakat Indonesia yang kurang terstruktur di kota ini. Mengikuti tuntutan kepentingan industri yang fluktuatif. Sebagai imbalan atas upahnya yang besar, para juragan ini mencarikan pekerjaan, memastikan upah mereka cukup untuk bisa bertahan hidup serta menyediakan tempat tinggal di asrama atau rumah pondokan. Bahkan juragan juga mengatur kepulangan mereka ke kampung untuk acara keluarga yang penting atau apabila tidak ada pekerjaan di kota. Dan begitulah terjadinya perekrutan alami besar-besaran yang dilakukan para juragan ini.” ( Hal. 17/18 ). Di bab 2 dan 3 pembahasan mengenai dunia kriminal Jakarta beserta para banditnya semakin mengasyikan. Dan juga diceritakan mengenai pemberontakan-pemberontakan sporadis para petani yang terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya pada awal abad 20 hingga pemberontakan Partai Komunis Indonesia ( PKI ) yang pertama di tahun 1926 yang menggunakan para bandit Jakarta untuk melakukan penyerangan ke penjara Glodok dan Cipinang. Kemudian juga diceritakan mengenai perubahan politik di Jakarta ketika bala tentara Jepang mendarat di pantai utara Jawa pada 1 maret 1942 dan didekat Subang, pinggiran timur Jakarta. Yang juga tak kalah penting adalah dibentuknya Rukun Tetangga ( RT ) atau Tonari – Gumi, yang diperkenalkan pada 1944 dengan meniru sistem serupa di Jepang. Serta pembentukan PETA ( Pembela Tanah Air ) yang secara tidak langsung menantang kedudukan dunia hitam Jakarta.

Dan masih banyak kisah – kisah menarik lainnya yang tidak saya ceritakan disini untuk menambah rasa penasaran pembaca. Walaupun buku ini terasa agak kering karena kurang banyak menceritakan kehidupan para jago dan kelompoknya. Tapi dari segi situasi sosial dan historis amat sangat melengkapi. Buku ini ditutup dengan kesimpulan sang penulis mengenai koalisi antara dunia hitam Jakarta dan kelompok nasionalis muda radikal di era pergerakan. “ Koalisi antara dunia hitam Jakarta dan kelompok nasionalisradikal yang mencapai puncaknya dalam bentuk Lasykar Rakyat Jakarta Raya merupakan hasil dari situasi yang tidak biasa. Para nasionalis melihat para Jago sebagai satu dari sedikit elemen masyarakat Indonesia di bawah Kolonialisme yang memiliki keahlian bertarung. Sementara para Jago, yang dalam aksi subkultur kriminalnya terkandung kebanditan sosial, melihat nasionalisme sebagai kesempatan memperoleh masa depan di mana mereka dapat di akui dan di hormati sebagai pemilik kekuatan yang sah dalam komunitas mereka.” (Hal. 267).

Baik kaum bandit dan nasionalis juga sama – sama memiliki kebencian yang terus meningkat terhadap pemerintahan republik. Sebab pemerintahan republik tidak hanya menolak tuntutan mereka, tapi juga berusaha menyingkirkan mereka dari percaturan politik dan militer. Inilah salah satu penyebab yang menguatkan aliansi mereka dan juga membawa mereka ke berbagai petualangan – HAMOT dan Barisan Bambu Runcing – yang sudah di takdirkan gagal sejak awal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun